Jumat, 13 Juli 2012

Kajian Implikatur Wacana Pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam bertukar informasi, namun terkadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud tersembunyi.  Dalam suatu wacana, sering terjadi seseorang tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang ingin dismapaikan justru disembunyikan atau dikemukakan secara ekplisit .Oleh karena itu setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya.  Untuk itu dibutuhkan pemahaman tentang hal yang tersembunyi agar apa yang menjadi maksud atau informasi dari sebuah ujaran dapat diterima dengan baik.
Masalah–masalah di atas sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui berapa banyak macam penggunaan bahasa yang bersifat implikatif seperti iklan, kolom-kolom di surat kabar, SMS, tindak tutur dalam telepon, bahkan tindak tutur yang terjadi secara langsung antara dua orang. Untuk memahami bentuk-bentuk bahasa yang implikatif perlu adanya pengajian dan analisis yang mendalam. Selain itu, dalam mengaji dan menganalisis memerlukan kepekaan dengan konteks yang melingkupi peristiwa kebahasaan itu.
Kompas adalah salah satu koran nasional yang di dalamnya terdapat kolom pojok “Mang Usil” yang bersifat implikatif. Koran Jawa Pos juga menyajikan wacana implikatif dalam kolom “Mr. Pecut”. Selain itu, koran Kedaulatan Rakyat juga menyajikan wacana implikatif dalam pojok KR. Bahasa yang digunakan di kolom ini bersifat implikatif sehingga dapat menjadi sebuah kajian yang menarik. Implikasi pada bahasa kolom ini menyebabkan efek tertentu bagi khalayak yang membacanya. Kolom ini lebih menekankan bahasa yang menyatakan sindiran pada pihak-pihak tertentu. Sindiran ini tidak disampaikan langsung namun disampaikan secara tersirat. Untuk memahami implikatur pada kolom ini pembaca juga harus memahami konteks yang menyertainya. Humor juga ditekankan pada penggunaan bahasa di kolom ini. Sindiran-sindiran yang digunakan pada kolom ini seringkali menjadi sebuah hal yang lucu. Tulisan ini akan membahas tentang implikatur dalam wacana pojok “Mang Usil” Kompas,“Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 15 Juni 2012 untuk pengampilan data dari koran Kompas dan Jawa Pos, sementara pengambilan data dari koran Kedaulatan Rakyat tanggal 18 Juni 2012.


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.      Maksud dan isi dari wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat yang bersifat implikatif.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut
1.      Apa maksud dan isi yang tersembunyi dari wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat?

D.    Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikatur dari wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat.

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari kajian penelitian ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui implikatur dari wacana Pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat.


KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Implikatur
Implikatur secara etimologis diturunkan dari implicatum. Secara nominal, istilah ini hampir sama dengan implication, yang artinya maksud, pengertian, keterlibatan (Echols melalui Mulyana). Dalam lingkup analisis wacana, implikatur berarti ssesuatu yang terlibat atau menjadi bahan pembicaraan. Dengan berbagai alasan implikatur justru disembunyikan agar hal yang diimplikasikan tidak nampak terlalu mencolok.
Menurut Grice (melalui Soeseno via Mulyana) implikatur ialah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu “yang berbeda” tersebut adalah maksud yang dikemukakan secara ekplisoit. Dengan kata lain implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan dari seseorang yang tersembunyi.
Levinson(1983) melalui Norma melihat kegunaan konsep implikatur terdiri atas empat butir:
1.      Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fungsional yang bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tak terjangkau oleh teori linguistic.
2.      Konsep implikatur memberikan suatu penjelasan yang tegas/implicit tentang bagaimana mungkinnya apa yang diucapkannya secara lahiriah berbeda dari apa yang dimaksud dan bahwa pemakai bahasa itu mnegerti pesan yang dimaksud.
3.      Konsep implikatur ini kelihatannya dapat menyederhanakan pemerian semantic dari perbedaan hubungan antar klausa, walaupun klausa itu dihubungkan dengan kata struktur yang sama.
4.      Konsep implikatur ialah bahwa hanya beberapa butir saja dasar-dasar implikatur dapat menerangkan berbagai macam fakta/gejala yang secara lahiriah kelihatan tidak atau berlawanan.
B.     Ciri-Ciri Implikatur (Menurut Nababan (1987:39))

1.      Suatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu, umpamanya dengan menambahkan klausa yang mengatakan bahwa seseorang tidak mau memakai implikatur percakapan itu, atau memberikan suatu konteks untuk membatalkan implikatur itu.
2.      Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan.
3.      Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu mengenai arti konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh karena itu, isi implikatur percakapan tidak termasuk dalam arti kalimat yang dipakai.
4.      Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan. Oleh karena itu, implikatur tidak didasarkan atas apa yang dikatakan, tetapi atas tindakan yang mengatakan hal itu.

C.    Pojok ( Mang Usil. Kompas), Mr Pecut( Jawa Pos), dan Pojok KR
(Berabe. Kedaulatan Rakyat)
Pojok (Mang Usil) merupakan kolom khusus dari harian Kompas yang berisi tentang sindiran, kritikan, dsb terhadap peristiwa yang baru hangat dibicarakan oleh media. Mang Usil mempunyai arti tersendiri, “mang” adalah orang yang mengelola kolom tersebut sementara “usil” mempunyai arti suka mengusik (mengganggu, memperolok-olok, mencampuri urusan orang lain). Sedangkan “Mr. Pecut” merupakan salah satu kolom dalam surat kabat Jawa Pos (JP).
“Mr. Pecut” dalam surat kabar lain, sering disebut dengan wacana pojok, karena biasanya terdapat di pojok dalam sebuah surat kabar. Pecut adalah sinonim dari kata cambuk. Pecut menandakan alat untuk mencambuk. Alasannya cambuk atau pecut dianalogikan dengan sindiran yang menyakitkan. Sedangkan penggunaan “Mr.” adalah kependekan dari kata “Mister” yang merupakan pengelola dari kolom itu sendiri. Mengambil istilah dari tulisan I Dewa Putu Wijana, inti dari wacana pojok (Mr.Pecut) terdiri dari dua bagian yakni situasi dan sentilan. Di Kedaulatan Rakyat menggunakan istilah Pojok KR “Berabe”. Berabe mempunyai makna susah atau repot mengerjakannya, dalam pojok KR “berabe” diindikasikan sebagai masalah yang membuat repot.
Wacana pojok disusun oleh redaktur surat kabar untuk menanggapi, berita-berita yang pernah tampil di medianya dengan singkat dan bergaya ironi. Nama kolom ini juga mempunyai implikatur dengan perspektif tanda yakni penggunaan nama”Mang Usil”, “Mr. Pecut” dan “Berabe”. Situasi berisi tentang kejadian nyata atau opini yang diambil dari sebuah berita yang sebelumnya dimuat di dalam surat kabar tersebut. Sentilan merupakan komentar atas kejadian atau opini dalam inti wacana. Komentar-komentar tersebut bisa berupa sanggahan, sindiran, kritikan, masukan, saran, ejekan dan lain-lain. Komentar-komentar tersebut sering menggunakan kata-kata pedas yang disajikan secara singkat dan implisit. Komentar-komentar dalam kolom “Mr. Pecut” atau dalam wacana pojok pada umumnya cenderung memihak rakyat. Komentar-komentar tersebut mempunyai implikatur-implikatur yang dapat dipahami dengan mengaitkannya dengan konteks yang ada.
PEMBAHASAN
A.    Data
Wacana Pojok Mang Usil (Kompas, 15 Juni 2012)
a.       Diintain sejak di Malaysia, Neneng Sri Wahyuni tertangkap di Jakarta.
Kisah teringkusnya bak sinetron!
b.      Buron 10 tahun, Sherny Kojongian balik ke Indonesia.
Serba Wah! Menggelapkan Rp 1,95 triliun buron terlama lagi!
c.       Wali Kota Depok galakan sepeda motor, Wakil Wali Kota Bekasi sepeda.
Tanpa banyak bicara, warga jalan kaki!
d.      Kekayaan Fauzi Bowo dan Faizal Basri, terbesar dan terkecil.
Modal niat sama, modal duit beda!
Wacana Mr Pecut (Jawa Pos, 15 Juni 2012)
a.       SBY minta kader Demokrat yang terlibat korupsi mundur.
Masalahnya, yang terlibat pun merasa nggak terlibat....
b.      Panglima TNI serukan agar para jenderal hidup sederhana
Minimal copot dulu pelat TNI di mobil mewahnya...
       Wacana Pojok KR “Berabe” (Kedaulatan Rakyat, 18 Juni 2012)
a.       Pendekatan keamanan di Papua tak selesaikan masalah
yang terjadi justru ‘pertumpahan darah’
b.      Ketua PD Anas Urbaningrum mengaku sedang diserang
beramai-ramai, dari berbagai arah
c.       Tedjowulan akhirnya bisa masuk Kraton Surakarta
Rokonsiliasi jangan bersifat sesaat

                                                                                        
B.     Hasil Analisis
Wacana Pojok Mang Usil (Kompas, 15 Juni 2012)
a.       Diintai sejak di Malaysia, Neneng Sri Wahyuni tertangkap di Jakarta.
Kisah teringkusnya bak sinetron!
.
Situasi wacana di atas menyatakan bahwa Neneng Sri Wahyuni tertangkap di Jakarta, meskipun diintai sejak berada di Malasyia. Wacana “Mang Usil” pada kalimat sindiran di atas mempunyai makna sebuah sindiran bagi aparat penegak hukum negara ini. Bagaimana mungkin seseorang yang menjadi buronan sejak berada di Malaysia tertangkapnya malah di Indonesia. “Mang Usil” dalam wacana di atas menyentil atas  tindakan aparat dengan menuliskan wacana kisah teringkusnya bak sinetron. Kemungkinan memang benar apa adanya, bahwa pelarian dan penangkapan Neneng Sri Wahyuni seolah-olah sudah di atur. Lucunya mengapa tidak saat Neneng Sriwahyuni di Malaysia ditangkapnya? Dan lucunya lagi dari pihak KPK selaku aparat negara yang menangani kasus korupsi seperti yang dilakukan Neneng berbeda presepsi dengan pihak pengacara Nazaruddin. KPK mengatakan bahwa Neneng ditangkap, sementara pihak Nazaruddin mengatakan Neneng menyerahkan diri karena ingin menyelesaikan kasus yang selama ini menjadi polemik.

b.      Buron 10 tahun, Sherny Kojongian balik ke Indonesia.
Serba Wah! Menggelapkan Rp 1,95 triliun buron terlama lagi!
Situasi wacana di atas menyatakan bahwa Sherny Kojongian balik ke Indonesia setelah buron selama 10 tahun. Sherny Kojongian merupakan tersangka korupsi kasus BLBI dan sudah divonis selama 20 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tahun 2002. Sherny Kojongian dideportasi dari Amerika Serikat karena ketidakjujurannya dalam mengisi data keimigrasian, setelah dipulangkan ke Indonesia tentunya Sherny harus menjalani hukuman yang telah ditetapkan. “Mang Usil” menuliskan Serba Wah! Menggelapkan Rp 1,95 triliun buron terlama lagi! Implikatur dai ujaran Mang Usil bermakna sentilan yang menyindir bagaimana hukum di Indonesia masih belum ditegakkan. Alangkah nikmatnya jika koruptor yang menggerogoti uang rakyat bisa buron dan hidup bebas di luar negeri selama kurun waktu sepuluh tahun. Seharusnya pemerintah selaku pelaksana hukum harus bertindak tegas dan memaksa pulang Sherny Kojonginan, tentunya dengan melakukan kerja sama dengan pihak Amerika Serikat.

c.       Wali Kota Depok galakan sepeda motor, Wakil Wali Kota Bekasi sepeda.
Tanpa banyak bicara, warga jalan kaki!
Situasi Wacana di atas mengungkapkan bahwa Wali kota depok menggalakkan seluruh lapisan masyarakat untuk mengendarai sepeda motor dari pada mengendarai mobil pribadi atau bagi pejabat yang biasanya mengendarai mobil dinas beralih ke sepeda motor. Sementara Waakil Wali Kota Bekasi menggalakkan masyarakat untuk menggunakan sepeda dalam rangka menghemat BBM. “Mang Usil” menyindir dengan menuliskan Tanpa banyak bicara, warga jalan kaki. Maksudnya adalah mengapa baru sekarang pejabat tersebut memberi contoh sementara masyarakat sudah banyak yang saat ini beraktifitas dengan jalan kaki untuk menuju tempat kerja yang tidak terlalu jauh. Mang Usil juga menyindir bahwa sudah seharusnya pejabat-pejabat di Indonesia untuk tidak hanya lebih banyak bicaranya, tetapi lebih ke konkritnya.
d.      Kekayaan Fauzi Bowo dan Faizal Basri, terbesar dan terkecil.
Modal niat sama, modal duit beda!
Situasi wacana di atas menggambarkan bahwa kekayaan fauzi Bowo paling besar di antara calon-calon gubernur di DKI Jakarta, sementara Faizal Basri adalah calon gubernur dengan harta terkecil. “Mang Usil” dalam wacana di atas menuliskan modal niat sama, modal duit beda! Implikatur dari kalimat tersebut adalah untuk menyindir bahwa niat para calon gubernur itu sama sementara modalnya yang berbeda, hal ini dapat berarti yang menang adalah yang punya duit banyak. Padahal hal itu dapat mencederai nilai demokrasi di negeri ini.
Wacana Mr Pecut (Jawa Pos, 15 Juni 2012)
a.       SBY minta kader Demokrat yang terlibat korupsi mundur.
Masalahnya, yang terlibat pun merasa nggak terlibat....
Situasi pada wacana di atas menyatakan bahwa SBY selaku pembina partai Demokrat meminta kepada kadernya untuk mundur apabila terlibat dalam kasus korupsi. Mr. Pecut membuat sentilan dengan menuliskan Masalahnya, yang terlibat pun merasa nggak terlibat.... implikaturnya adalah bermaksud menyindir kader-kader partai Demokrat yang terbelit kasus korupsi. “Mr. Pecut” menyatakan bahwa yang terlibat kasus korupsi malah merasa tidak terlibat, inilah yang menjadi masalah. Kemungkinan memang benar apa yang dituliskan “Mr. Pecut” bahwa kader-kader Demokrat memang terlibat kasus korupsi dan banyak yang tidak jantan mengakuinya. Apabila pengakuan itu terjadi, akibat fatalnya adalah bobroknya partai Demokrat di mata masyarakat Indonesia saat ini. Sekarang saja sudah turun pamornya dan apa yang akan terjadi jika benar terbukti kasus-kasur besar yang melibatkan Anas Urbaningrum, Andi Malarangeng dan kader-kader lainya. Masyarakat tinggal menunggu saja.

b.      Panglima TNI serukan agar para jenderal hidup sederhana
Minimal copot dulu pelat TNI di mobil mewahnya...
Situasi wacana di atas menyataakan Panglima TNI meminta kepada para jenderal untuk hidup sederhana. Sementara kalimat “Mr. Pecut” menyindir dengan menuliskan Minimal copot dulu pelat TNI di mobil mewahnya... Ini bukan hanya menyindir tetapi juga meminta kepada semua jajaran TNI untuk melepas pelat TNI di mobil-mobil yang digunakan. Hal ini bukan tanpa sebab, sudah banyak kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh aparat TNI dengan menggunakan mobil berplat nomor TNI, tetapi karena menggunakan embel-embel TNI aparat kepolisian tidak berani menindak tegas atas pelanggaran yang terjadi. Ini seolah-olah menjadi konflik tersendiri di antara TNI dan polisi.

Wacana Pojok KR “Berabe” (Kedaulatan Rakyat, 18 Juni 2012)
a.       Pendekatan keamanan di Papua tak selesaikan masalah
yang terjadi justru ‘pertumpahan darah’
         Situasi yang terjadi dalam wacana di atas menyatakan bahwa pendekatan keamanan yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan di Papua tidak menyelesaikan masalah. Kalimat yang terjadi justru “pertumpahan darah” berusaha menyindir pemerintah bahwa usaha pendekatan yang dilakukan pemerintah tidak tepat dan membuat keadaan di Papua semakin panas. Penembakan misterius sering terjadi dan kerusuhan-kerusuhan sering terjadi. Hal ini harus disikapi dengan baik oleh pemerintah dengan menerapkan pendekatan yang tepat, pasalnya Papua memiliki kultur dan latar belakang yang jauh berbeda dengan daerah lain.


b.      Ketua PD Anas Urbaningrum mengaku sedang diserang
beramai-ramai, dari berbagai arah
         Situasi yang terjadi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Anas Urbaningrum mengaku sedang diserang dari berbagai pihak atas kasus korupsi yang menimpanya. Sedangkan makna dari kalimat beramai-ramai, dari berbagai arah adalah ejekan dan juga sindiran atas sikap Anas dan koleganya di partai Demokrat terkait kasus korupsi yang terkait. Anas dan koleganya di partai Demokrat saat ini dinilai banyak terkait dengan kasus-kasus korupsi besar di negeri ini sehingga membuat elektabilitas partai semakin terpuruk. Anehnya sampai saat ini Anas belum juga dijadikan tersangka, padahal banyak saksi yang mengatakan bahwa ia terlibat korupsi. Jadi, jalan terbaik yang harus dilakukan Anas dan koleganya yang terkait kasus korupsi adalah bicara sejujurnya dan jangan mengumbar kata-kata di muka umum.

c.       Tedjowulan akhirnya bisa masuk Kraton Surakarta
Rekonsiliasi jangan bersifat sesaat
 Situasi dari wacana di atas menyatakan bahwa Tedjowulan akhirnya bisa masuk Karton Surakarta seperti dulu lagi. Hal ini terjadi setelah adanya rekonsiliasi antara pihak yang bertikai yaitu pihak Paku Buwono  XIII Hangabehi  dan Pihak Tedjowulan. Pojok KR “Berabe” menuliskan bahwa rekonsiliasi jangan bersifat sesaat. Maksudnya adalah pihak yang terkait hendaknya manaati apa yang sudah menjadi kesepakatan dan menjaga tali pemerintahan antara pihak Paku Buwono XIII dan Tedjowulan tidak bersinggungan lagi. Jangan sampai dualisme terjadi lagi antara kedua belah pihak, sebab mereka adalah panutan bagi warga sekitar.


KESIMPULAN
Dalam suatu wacana lisan maupun tulis, sering terjadi seseorang tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang ingin dismapaikan justru disembunyikan atau dikemukakan secara ekplisit .Oleh karena itu setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya.  Untuk itu dibutuhkan pemahaman agar apa yang menjadi maksud atau informasi dari sebuah ujaran dapat diterima dengan baik. Hal ini juga terjadi dalam wacana tulis pada wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan Pojok KR “Berabe” Kedaulatan Rakyat yang maksud dan isinya bersifat ekplisit atau tersembunyi.


DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Norma. 2010. Ringkasan Buku Ilmu Pragmatik. Diakses dari:  http://agnesnorma.wordpress.com/category/resensi-buku/. Pada tanggal 16 juni 2012, jam 13.00 WIB
Mustika wati, Firda. 2010. Implikatur, praangaapan dan inferensi dalam wacana pojok Kompas. Diakses dari: Http://Firdamustikawati.blogspot.com. Pada tanggal 15 Juni 2012, jam 19.30 WIB
Jawa Pos .2012. Mr. Pecut. Jawa Pos (edisi 15 Juni 2012). Hlm.1.
Kompas. 2012. Pojok “Mang Usil”. Kompas. (edisi 15 Juni 2012). Hlm.6.
Kedaulatan rakyat. Pojok KR “Berabe”. Kedaulatan rakyat. (edisi 18 Juni 2012). Hlm 12
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

Sabtu, 21 April 2012

Sinopsis Novel Telegram


Judul              : Telegram

pengarang      : Putu Wijaya
Penerbit          : Pustaka Jaya, Jakarta, 1986

Tokoh Daku (Aku) adalah individu yang lembek tapi keras,seseorang yang belum menemukan jati dirinya. Cerita novel ini berawal dari seorang laki-laki dari Bali yang tinggal Di Jakarta, suatu hari ia mempunyai firasat akan menerima telegram dari kampung asalnya, ia selalu gelisah dan merasa bahwa telegram itu sudah di tangannya, ia sangat takut karena menurut benaknya, telegram selalu membawa berita buruk seperti kabar kecelakaan,atau kabar menakutkan lainnya,sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa karena telegram itu sudah ditangannya, isinya kabar ibunya yang meninggal.
         Khayalan daku seakan-akan kenyataan, setelah membaca telegram,ia segera bersiap-siap untuk pulang ke kampung halamannya. Ia gelisah dan membayangkan bagaimana kelanjutan nasibnya, ibunya meninggal,sebagai anak tertua ia harus berperan sebagai kepala keluarga,sehingga semua yang berurusan dengan pemakaman ibunya ia yang menanggung, juga dengan tanah dan rumah yang ibunya tinggalkan. Dilema itu yang berkecambuk di benaknya.
Di tengah kebingungannya, tiba-tiba anak angkatnya, Sinta yang dibuang ibunya ingin tahu isi dari telegram itu, sebagai seorang ayah yang bijaksana ia takkan mengizinkan Sinta mengetahui isi telegram itu, sehingga ia berbohong kepada Sinta. Namun Daku tidak tahu kalau sebenarnya anak angkatnya  sudah tahu isi dari telegram itu.
        Mereka berdua bersiap diri untuk segera pulang ke Bali, namun tiba-tiba ibu kandung Sinta ingin meminta anak kandungnya itu. Daku menolak karena ia yang membesarkan Sinta, mereka kemudian membuat kesepakatan dan menyerahkan keputusan kepada Sinta, siapa yang akan dia pilih. Belum lagi persoalan tentang Sinta kelar, muncul lagi khayalan dibenaknya, daku merasa tubuhnya lemas,gemetar dan terserang demam,ia khawatir jika penyebabnya adalah penyakit kotor yang ditularkan wanita penghibur yang pernah tidur bersamanya, ia takut akan mengalami hal yang sama seperti temannya.
        Daku tidal lagi dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan. Kadang ia sadar bahwa semua yang terjadi adalah khayalan semata, namun itu hanya sebentar ia masuk kedunia khayalannya lagi, dalam khayalannya ia berpisah dengan kekasihnya yang bernama Rosa, padahal sosok Rosa itu tidak nyata ada. Rosa hanya khayalannya saja seperti ia mengkhayalkan tentang telegram itu. Daku kembali berkhayal, ia dan Sinta bersiap akan ke Bali, ia telah memesan tiket pesawat.
        Tiba- tiba di tengah khayalannya, ada orang yang datang,ia bangkit dan membuka pintu, ternyata bibi pemilik kontrakan yang datang, membawa sepucuk telegram , daku segera membuka isinya dan isinya ibunya telah meninggal dunia, telegram itu nyata dan benar terjadi, itu fakta bukan khayalan, itu kenyataan yang sebenarnya, sedangkan seluruh cerita sebelumnya hanyalah khayalan lelaki itu saja.

Di Balik Novel Telegram


Buletin Rahsas
Ajang Pembelajaran Menulis Mata Kuliah ”Sejarah Sastra Indonesia” Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY
Kelas N
Kelompok E
NIM 09201244070

Sekilas Info

Mata kuliah ini diampu oleh Nurhadi, M.Hum, dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengajar asal Pemalang ini sekarang tengah menempuh kuliah S3 di UGM, Yogyakarta dengan menulis disertasi yang mengangkat karya-karya Seno Gumira Ajidarma.
____________


Penulisan Esai tentang Sejarah Sastra Indonesia ini diikuti  oleh para mahasiswa PBSI kelas K, L, M, dan N tahun ajaran 2009/2010 semester genap. Tulisan-tulisan ini sebagai bentuk bagian ujian akhir matakuliah.
____________


Seseorang akan dikenang dan dicatat oleh sejarah lewat tulisan-tulisannya. Pepatah yang mengatakan ”publish or perish” mengingat­kan kita bahwa jika mem­publika­si­­kan diri, kita akan eksis, dan jika tidak melakukannya, kita akan musnah ditelan zaman.




Buletin Rahsas terbit setiap minggu pada hari Sabtu, mengangkat tulisan-tulisan tentang sejarah sastra Indonesia oleh peserta kuliah. Redaksi  edisi kali ini:
Nama : Arif Budianto
NIM   : 09201244070
Kelas  : N
Email : abudianto13@yahoo.co.id.






Film Telegram yang disutradarai oleh Slamet Rahardjo ini merupakan produksi bersama Indonesia dan Prancis. Dirilis di tahun 2002, film ini memenangkan penghargaan di Festival Film Asia Pasifik ke-46 dan untuk kategori aktris terbaik disabet oleh Ayu Azhari.






Putu Wijaya seorang penulis novel yang sekaligus sering membuat film ini terkenal mengajukan problem-problem psikologis dalam novelnya. Bagi banyak orang ini disebut dengan “absurd”. Absurditas karya-karya Putu Wijaya ini mengemuka disaat kita membaca beberapa karyanya. Dalam banyak prosanya itu, Putu Wijaya biasanya banyak memerikan pergulatan pikiran sang tokoh utama seperti dalam Novel Telegram.




Jakob Sumardjo (1983 : 133) menyebut Putu Wijaya sebagai tokoh utama sastrawan Indonesia pada dasa warsa 1970-an. Lebih lanjut Jakob mengatakan bahwa Putu Wijaya muncul dan berkembang dalam dekade itu. Dialah sastrawan paling produktif dan paling kreatif pada saat itu. Novel Putu Wijaya juga penuh potongan-potongan kejadian yang padat, intens dalam pelukisan, ekspresif  bahasanya dan disatukan oleh suasana tema (ibid : 133).






Di Balik Novel Telegram

Oleh Arif Budianto
A.Pendahuluan
        Novel Telegram karya Putu Wijaya ini dicetak pertama kali oleh penerbit  Pustaka Jaya di Jakarta Tahun 1973.  Novel yang ditulis Putu Wijaya saat berumurr 28 tahun ini pernah menyabet hadiah pertama mengarang roman DKI, Jakarta 1972. Para kritikus sastra seperti Y.B. Mangunwijaya  (1988 : 50) telah membuat esei tentang novel Telegram (1973) dan mengatakan bahwa novel tersebut merupakan karya yang matang dan dewasa, sedangkan bentuknya sangat berhasil.
        Novel Telegram di antara banyaknya karya-karya Putu Wijaya adalah salah satu pembuktian bahwa saat itu sastra kita sudah tenggelam jauh ke dalam realisme. Novel telegram juga membuahkan kesuksesan tersendiri bagi Putu Wijaya dalam dunia perfilman yaitu ketika novel ini   diangkat menjadi sebuah film oleh sutradara Slamet Rahardjo. Ide penggarapan film Telegram dimulai tahun 95-an. Pada saat itu, Slamet Rahardjo yang mewakili Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BPPN),melakukan perjalanan ke Prancis dalam rangka membuat kerjasama dengan Pusat Perfilman Prancis(CNC) Centre Nationale Cinematograph. Tujuannya,adalah untuk membangkitkan perfilman nasional di dunia.
        Novel Telegram menceritakan tentang seorang lelaki asal Bali yang tinggal Di Jakarta, Tokoh Daku(Aku) dalam novel adalah individu yang lembek tapi keras,seseorang yang belum menemukan jati dirinya. Daku mempunyai dunia khayal yang tinggi sehingga ia tidak mampu membedakan mana yang khayalan dan mana yang nyata, suatu hari ia mempunyai firasat akan menerima telegram dari kampung asalnya,ia selalu gelisah dan merasa bahwa telegram itu sudah di tangannya,ia sangat takut karena menurut benaknya,telegram selalu membawa berita buruk,isinya adalah ibunya meninggal,selain itu dalam dunia khayal daku juga mempunyai kekasih, dan anak angkat,tapi semua itu hanya khayalan. Hingga daku sadar ketika ada seseorang yang memberinya telegram berisi bahwa ibunya meninggal dunia,dan itu nyata bukan khayalan lagi.
B. Jalinan Cerita

        Tokoh Daku(Aku),  yang diperankan Sujiwo Tejo dalam film, adalah individu yang lembek tapi keras,seseorang yang belum menemukan jati dirinya. Cerita novel ini berawal dari seorang laki-laki dari Bali yang tinggal Di Jakarta,suatu hari ia mempunyai firasat akan menerima telegram dari kampung asalnya,ia selalu gelisah dan merasa bahwa telegram itu sudah di tangannya,ia sangat takut karena menurut benaknya,telegram selalu membawa berita buruk seperti kabar kecelakaan,atau kabar menakutkan lainnya,sekarang ia tidak bisa berbuat apa-apa karena telegram itu sudah ditangannya, isinya kabar ibunya yang meninggal.
         Khayalan daku seakan-akan kenyataan, setelah membaca telegram,ia segera bersiap-siap untuk pulang ke kampung halamannya. Ia gelisah dan membayangkan bagaimana kelanjutan nasibnya, ibunya meninggal,sebagai anak tertua ia harus berperan sebagai kepala keluarga,sehingga semua yang berurusan dengan pemakaman ibunya ia yang menanggung,juga dengan tanah dan rumah yang ibunya tinggalkan. Dilema itu yang berkecambuk di benaknya,di tengah kebingungannya,tiba-tiba anak angkatnya,Sinta yang diperankan Mira Ayudia dalam film,Sinta yang dibuang ibunya ingin tahu isi dari telegram itu,sebagai seorang ayah yang bijaksana ia takkan mengizinkan Sinta mengetahui isi telegram itu, sehingga ia berbohong kepada Sinta. Namun Daku tidak tahu kalau sebenarnya anak angkatnya  sudah tahu isi dari telegram itu.
        Mereka berdua bersiap diri untuk segera pulang ke Bali, namun tiba-tiba ibu kandung Sinta yang diperankan Desi Ratnasari dalam film datang dan ingin meminta anak kandungnya itu,Daku menolak karena ia yang membesarkan Sinta,mereka kemudian membuat kesepakatan dan menyerahkan keputusan kepada Sinta,siapa yang akan dia pilih. Belum lagi persoalan tentang Sinta kelar,muncul lagi khayalan dibenaknya, daku merasa tubuhnya lemas,gemetar dan terserang demam,ia khawatir jika penyebabnya adalah penyakit kotor yang ditularkan wanita penghibur yang pernah tidur bersamanya,ia takut akan mengalami hal yang sama seperti temannya.
        Daku tidal lagi dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang khayalan,kadang ia sadar bahwa semua yang terjadi adalah khayalan semata,namun itu hanya sebentar ia masuk kedunia khayalannya lagi, dalam khayalannya ia berpisah dengan kekasihnya,Rosa yang diperankan Ayu Azhari dalam film,padahal sosok Rosa itu tidak nyata ada,Rosa hanya khayalannya saja seperti ia mengkhayalkan tentang telegram itu. Daku kembali berkhayal, ia dan Sinta bersiap akan ke Bali,ia telah memesan tiket pesawat.
        Tiba- tiba di tengah khayalannya,ada orang yang datang,ia bangkit dan membuka pintu,ternyata bibi pemilik kontrakan yang datang, membawa sepucuk telegram ,daku segera membuka isinya dan isinya ibunya telah meninggal dunia, telegram itu nyata dan benar terjadi,itu fakta bukan khayalan,itu kenyataan yang sebenarnya, sedangkan seluruh cerita sebelumnya hanyalah khayalan lelaki itu saja.


 C. Novel Telegram yang Difilmkan

        Slamet Rahardjo seorang sutradara perfilman Di Indonesia  memilih novel Telegram karya Putu Wijaya dengan pertimbangan dari sekian banyak karya sastra yang diciptakan seniman asal Bali itu, novel ini mempunyai nilai universal dan warna etnis yang tak terlalu kentara. Kebetulan pula Telegram sudah diterjemahkan dan beredar di Prancis, sehingga karya ini relatif lebih mudah diterima . skenario film ini digarap sendiri oleh Putu Wijaya dibantu Slamet Rahardjo.
        Film Telegram yang disutradarai oleh Slamet Rahardjo ini merupakan produksi bersama Indonesia dan Prancis. Dirilis di tahun 2002, film ini memenangkan penghargaan di Festival Film Asia Pasifik ke-46 dan untuk kategori aktris terbaik disabet oleh Ayu Azhari.
       Telegram telah menjadi bukti sebuah kerja keras dan kegigihan seorang Putu Wijaya dan Slamet Rahardjo Djarot salah seorang sineas yang menyaksikan kejayaan dan kehancuran film nasional yang mencoba kembali membangkitkan sebuah dunia yang telah lama mati.
         Pujian dari Mira Lesmana, salah seorang generasi baru perfilman Indonesia,ia termasuk yang mengagumi film ini. Dari segi film, Mira yang sudah menyaksikan premier film Telegram itu mengaku seolah dibawa kesuatu nostalgia tentang sebuah gaya dalam perfilman Indonesia yang sudah lamatidak dia lihat. "ada rasa sentimentil yangmuncul dalam diri saya," ujarnya. Telegram digarap dengan cukup manis, terutama tata cahaya dan penataan artistiknya.



D. Novel Telegram dalam Kesusastraan Indonesia

        Dengan novelnya Telegram (1973), Putu Wijaya membuktikan bahwa kondisi sastra kita saat itu sudah terlalu jauh tenggelam ke dalam realisme. Dengan melecehkan alur dan penokohan, ia memotret jiwa atau ketidaksadaran si pelaku. Pemandangan yang terlihat pembaca adalah campuran antara kenyataan obyektif dan imajinasi pelaku, dan hampir-hampir kita tak mampu membedakan keduanya. Demikianlah kesatuan cerita dihancurkan: peristiwa tidak terpapar dalam hubungan sebab akibat. Perjalanan tokoh utama hanya diikat oleh motif yang menjadi judul buku, yaitu Telegram dan Stasiun. Jika fragmen-fragmen peristiwa bergerak terlalu liar, pengarang segera meredamnya ke suasana yang mirip puisi atau jika pelukisan terasa kelam memberatkan, ia memberikan lanturan atau semacam ironi.
         Putu Wijaya seorang penulis novel yang sekaligus sering membuat film ini terkenal mengajukan problem-problem psikologis dalam novelnya. Bagi banyak orang ini disebut dengan “absurd”. Absurditas karya-karya Putu Wijaya ini mengemuka disaat kita membaca beberapa karyanya. Dalam banyak prosanya itu, Putu Wijaya biasanya banyak memerikan pergulatan pikiran sang tokoh utama seperti dalam Novel Telegram. Para pengamat sastrapun  menyebut novel ini  yang pertama di Indonesia yang menggunakan tehnik stream of conciousness, kisah ini dibangun dengan cara penuturan “monologue interiur” percakapan diri sendiri.




E. Putu Wijaya

         I Gusti Ngurah Putu Wijaya adalah nama lengkapnya,  ia lahir di Puri Anom,Tabanan,Bali pada tanggal 11 April 1944. Pada masa remaja ia sudah menunjukkan kegemarannya pada dunia sastra. Sampai saat ini Putu Wijaya sudah menulis kurang lebih dari 30 novel,40 naskah drama, sekitar seribu cerpen,ratusan esai,artikel lepas,dan kritik drama, selain itu ia juga menulis skenario film dan skenario sinetron, Sebagai penulis skenario, ia telah dua kali meraih piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI), untuk Perawan Desa (1980), dan Kembang Kertas (1985).
Cerita pendek karya Putu Wijaya sering mengisi kolom-kolom pada Harian Kompas,dan Sinar Harapan. Novel-novel karyanya juga kerap muncul di Majalah Kartini,Femina, dan Horison. Beberapa karyanya yang sering diperbincangkan banyak orang adalah Bila Malam Bertambah Malam, Telegram, Pabrik, Keok, Tiba-Tiba Malam Sobat, Nyali.
         Putu Wijaya merupakan salah seorang sastrawan Angkatan 1966 – 1970 an. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Majalah Sastra Horison pimpinan Mochtar Lubis . Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini, novel Telegram juga pertama kali dicetak oleh Pustaka Jaya. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, termasuk paus sastra Indonesia H.B. Jassin,Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, , Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lain.
        Karya-karya Putu Wijaya banyak mendapatkan tanggapan dari para kritikus sastra. Berbagai komentar terhadap novel-novel Putu Wijaya baik yang bersifat sekilas atau yang sifatnya mendalam dalam bentuk esei bermunculan di media massa, buku, maupun dalam forum-forum seminar. Bahkan karya-karya Putu Wijaya sampai saat ini banyak dipergunakan sebagai objek penelitian untuk penyusunan skripsi oleh mahasiswa jurusan sastra.
        Imran T. Abdullah dkk. (1978 :12) mengatakan bahwa sebagai seorang novelis, Putu Wijaya menempatkan dirinya tak jauh dari kelihaiannya sebagai penulis naskah drama. Dalam prosanya ia cenderung mempergunakan gaya atau metode objektif dalam pusat pengisahannya dan gaya stream of consciousness dalam pengungkapannya. Sementara itu,Jakob Sumardjo (1983 : 133) menyebut Putu Wijaya sebagai tokoh utama sastrawan  Indonesia pada dasa warsa 1970-an. Lebih lanjut Jakob mengatakan bahwa Putu Wijaya muncul dan berkembang dalam dekade itu. Dialah sastrawan paling produktif dan paling kreatif pada saat itu. Novel Putu Wijaya juga penuh potongan-potongan kejadian yang padat, intens dalam pelukisan, ekspresif  bahasanya dan  disatukan oleh suasana tema (ibid : 133).
        Sampai saat ini Putu Wijaya masih aktif dalam dunia pementasan, Pada bulan Juni 2010 Putu Wijaya menggelar pementasan Di Yogyakarta untuk mengenang Almarhum W.S  Rendra dengan judul “Kereta Kencana”. sebelumnya “Kereta Kencana” pernah beberapa kali dipentaskan  oleh Almarhum W.S Rendra. Diumurnya yang sudah tidak muda lagi Putu Wijaya masih saja bergulat dengan seni pementasan,ini adalah hal yang luar biasa dari diri seorang Putu Wijaya, ia adalah dramawan dan  sastrawan ternama di negeri ini.
         





Daftar Pustaka
·         Anonim, 2008. ” Biografi Putu Wijaya” dalam http://pusatbahasa.diknas.go.id/ diunduh,7 Mei 2010
·         Budiman , Irfan. Laksmini W., Gita. Pudjiarti, Hani. Sepriyosso, Darmawan. 2000“secarik telegram seribu ketegangan” edisi 19 juni 2000 dalam http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip diunduh, 7 mei 2010.
·         Anonim, 2010 “Putu Wijaya” dalam http://id.wikipedia.org diunduh 7 Mei 2010
·         Anonim, 2008, “ Sinopsis Novel Telegram” dalam goesprih.blogspot.com diunduh 7 Mei 2010
·         Rizal, 2008. “ Konflik Sosial dan Politik Dalam Novel Nyali Karya Putu Wijaya” dalam Sastraindonesia.ohlog.com diunduh 7 Mei 2010

Karya- karya Putu Wijaya yang terkenal
Penulis skenario film :  Perawan Desa (memperoleh Piala Citra FFI 1980), Kembang Kertas (memperoleh Piala Citra FFI 1985), Ramadhan dan Ramona, Dokter Karmila, Bayang-Bayang Kelabu, Anak-Anak Bangsa, Wolter Monginsidi, Sepasang Merpati, Telegram.
 Karya drama : Dalam Cahaya Bulan (1966), Lautan Bernyanyi (1967), Bila Malam Bertambah Malam (1970), Invalid (1974), Tak Sampai Tiga Bulan (1974), Anu (1974), Aduh (1975), Dag-Dig-Dug (1976), Gerr (1986), Edan, Hum-Pim-Pah, Dor, Blong, Ayo, Awas, Los, Aum, Zat, Tai, Front, Aib, Wah, Hah, Jpret, Aeng, Aut, Dar-Dir-Dor. Karya novel :  Bila Malam Bertambah Malam (1971), Telegram (1972), Stasiun (1977), Pabrik (1976), Keok (1978), Aduh, Dag-dig-dug, Edan, Gres, Lho (1982), Nyali, Byar Pet (Pustaka Firdaus, 1995), Kroco (Pustaka Firdaus, 1995), Dar Der Dor (Grasindo, 1996), Aus (Grasindo, 1996), Sobat (1981), Tiba-Tiba Malam (1977), Pol (1987), Terror (1991), Merdeka (1994), Perang (1992), Lima (1992), Nol (1992), Dang Dut (1992), Cas-Cis-Cus (1995).
Karya cerpen :  Karyanya yang berupa cerpen terkumpul dalam kumpulan cerpen Bom (1978), Es (1980), Gres (1982), Klop,Bor, Protes (1994), Darah (1995), Yel (1995), Blok (1994), Zig Zag (1996), Tidak (1999).
Karya Novelet : MS (1977), Tak Cukup Sedih (1977), Ratu (1977), Sah (1977) .
Karya esai : Karya esainya terdapat dalam kumpulan esai Beban, Kentut, Samar, Pembabatan, Klise, Tradisi Baru, Terror Mental, dan Bertolak dari yang Ada.