Minggu, 25 Maret 2012

RINGKASAN ARTIKEL DARI BUKU E.ULRICH KRATZ Judul : Mengarang Roman (oleh HAMKA)



Mengarang Roman (oleh HAMKA)


        Hikayat, cermin hidup, roman, cerita pendek atau panjang, adalah satu bagian kesenian yang ada pada tiap-tiap bangsa, menurut tingkatan kenaikan peradaban bangsa.Terkadang yang diceritakan itu bukan kejadian yang tidak nyata, tapi kejadian yang dapat dilihat dalam perjalanan masyarakat. Dalam kalangan bangsa Arab,sebelum agama Islam tersiar, kesenian hikayat belum ada,hanya kesenian Syair,waktu itu terkenal Antarah dengan syair-syair Hamasahnya(syair perawira), Amaroel Qils dengan syair-syair remajanya. Di abad pertengahan Islam, kesenian membuat hikayat itu muncul, menurut parjalanan tamaddon umat,lalu timbullah kitab Al-Aghani, Al’aqdul farid dsb. Di Indonesia juga muncul kesenian berhikayat dengan kemegahan kerajaan jawa mataram, minang kabau, aceh dsb. Contoh hikayat-hikayat itu adalah hikayat-hikayat Amir Hamzah, hang tuah, hikayat simiskin dsb. Dalam perkembangan Bahasa Indonesia baru, bertambahlah derajat roman itu, muncul Abdul Muis dengan Salah Asuhan,Marah Rusli dengan Sitti Nurbaya,dsb. Cerita zaman dahulu menggambarkan orang yang dihikayatkan menurut khayal jauh dari kebenaran, sehingga banyak orang yang tertarik, seperti Hikayat Saidina Ali dengan pedangnya yang sanggup menetak kepala seribu kafir dalam sekejap.
        Itulah bedanya hikayat lama dengan hikayat sekarang,hikayat sekarang kebanyakkan menceritakan yang nyata,tidak melebihi dari kesanggupan manusia. Menurut sistem karangan zaman sekarang,jika yang diceritakan itu manusia,maka kelihatan  tabiat manusia itu,perjuangannya, batinnya,juga peranannya. Setelah pada masa akhir, muncul nafsu mengarang roman menurut aliran zaman baru. Tiap-tiap pengarang menulis hikayatnya, ada satu tujuan yang tersimpan di dalam hatinya, karena mengkritik suatu keadaan yang pincang di dalam masyarakat, karena kita masih karam dalam kepincangan itu, contohnya bahaya adat, bahaya pergaulan bebas, bahaya kawin paksa, dsb. Kemudian muncul Abdul Muis,Soeman HS,STA,Marah rusli dll,begitu banyak orang yang suka mengarang maka jalan karangan itu adalah menurut dasar peradaban,pergaulan dan pendidikan, mereka sebagian besar menganut aliran barat. marekapun mulai muncul dalam mengarang, yang bekal itu adalah dari dua aliran, pertama aliran kesusastraan dari Maninjau, dari itu kita dapat melihat hasil pujangga arab yang lama dan yang baru, maka kita cobalah mengarangkan hikayat-hikayat pendek, disamping mengarang artikel agama, kemudian muncul karangan yang berjudul Layla Majnun(1923), oleh Balai pustaka, di Bawah lindungan ka’bah (1938) oleh Balai Pustaka dll.
        Sebagian orang bertanya, bukankah tuan kaum kiyai, mengapa turut mengarang cerita roman? mereka jawab: agama tidak melarang itu, jika kita mengarang untuk tujuan yang baik. Bahkan ahli bahasa dan roman Balai Pustaka pernah mengirim surat, menceritakan isi cerita yang mereka buat nyata sekali jiwa keislamannya, namun halus maknanya. Sehingga Balai Pustaka tidak dapat menolak karangan yang telah mereka masukkan. Usaha untuk membuat cerita yang bagus, tetap ada kesalahan, kesalahan itu dapat diketahui oleh ahli kritik, bilamana cerita itu keluar. Salah satunya dalam tahun 1938, dengan judul Tenggelamnya kapal Van der wijck, baru seperempat yang keluar, perhatian umum belum ada, tapi dengan bertambahnya isi cerita bertambah pula peminatnya, apalagi bila cerita itu akan tamat. Satu pihak memuji setinggi langit, namun buruknya, ketika ada suara mengatakan mereka seorang kiyai i love you, tukang cerita cabul, sampai muncul propaganda bahwa pedoman masyarakat adalah surat kabar cabul, yang dibiarkan dibaca anak-anak, tidak layak dibaca perempuan.sebab dalam cerita itu ada kisah pertemuan Hayati dan Zainuddin sedang berduaan, ditempat yang sepi. Oleh karena itu, mereka berusaha lebih giat menciptakan hikayat-hikayat yang baru dengan tidak melupakan pujian yang setinggi langit atau hinaan.


Sabtu, 17 Maret 2012

Sinopsis Novel Jentera Bianglala


Judul              : Jentera Bianglala
Pengarang      : Ahmad Tohari
Penerbit          : Gramedia

Dukuh Paruk menjadi tempat yang sangat memprihatinkan setelah sebelumnya terjadi bencana besar yaitu pembakaran rumah penduduk akibat kisruh 1965. Dukuh Paruk yang tidak tahu apa-apa harus menjadi korban. Rumah dan harta benda semua habis terbakar, beruntung bagi Dukuh Paruk karena orang-orang sudah terbiasa menerima musibah, seperti tragedi tempe bongkrek yang banyak merenggut jiwa. Tetapi musibah kali ini sungguh di luar dugaan mereka. Mereka harus tinggal dan makan seadanya. Orang-orang dari luar desa pun tidak ada yang memberi bantuan.
Dukuh Paruk kini tanpa pemimpin dan tanpa Srintil, orang yang selama ini menjadi panutan di Dukuh Paruk harus dipenjara. Beberapa bulan kemudian Sakarya, Kertareja dan yang lainnya dibebaskan. Tetapi mereka pulang tanpa Srintil dan orang-orang dukuh paruk tidak ada yang menyakan kemana Srintil berada. Itu karena Srintil masih di tahan di tempat yang tidak Sakarya dn rombongan lainnya ketahui.
Dukuh Paruk yang miskin, didatangi seorang pemuda yang gagah berseragam. Semula semua orang takut dan enggan tersenyum meskipun yang datang itu dadalah Rasus. Orang-orang Dukuh Paruk ternyata masih trauma apabila ada orang berseragam datang. Tetapi yang membuat hati mereka tersenyum lagi adalah Rasus yang masih mau peduli dengan tempat kelahirannya. Rasus masih seperti yang dulu dan kedatangannya kali ini untuk menjenguk neneknya yang kritis. Tidak lama kemudian nenek Rasus meninggal dunia dan Rasus harus kembali menjalankan tugasnya. Sebelum pergi, Sakarya meminta bantuan Rasus untuk membebaskan Srintil.
Tidak lama kemudian, Srintil kembali pulang ke Dukuh Paruk. Srintil lemas tidak berdaya karena kelelahan karena ia pulang dengan berjalan kaki. Sejak kepulangannya, sikapnya berubah, ia lebih banya diam. Walaupun sudah keluar dari tahanan, Srintil masih tetap harus melapor ke tempat dimana ia ditahan. Srintil mulai bisa tersenyum ketika melihat Goder, anak Tampi. Srintil memutuskan untuk mengasuh Goder.
Cobaan kembali datang, ketika Srintil diajak oleh Marsusi untuk melapor ke Dawuan, tempat di mana Srintil pernah ditahan. Setelah pulang, Srintil ternyata diajak pergi ke suatu temapt oleh Marsusi. Untung bagi Srintil karena akibat kecerobohan Marsusi, Srintil jatuh dari motor sementara Marsusi terus melaju. Srintil yang penuh luka masih belum aman karena Marsusi kembali mencarinya dengan nafsu birahi yang menggebu, tetapi datang seseorang yang mau menolong, orang itu dari dusun yang masih satu kelurahan dengan Srintil.

Hati Srintil pun mulai bisa terbuka ketika melihat Bajus. Bajus adalah seorang pekerja proyek pembangunan irigasi. Srintil ternyata menaruh hati kepada lelaki itu, ia sangat berharap impiannya menjadi ibu rumah tangga dapat terwujud bersama Bajus. Srintil mengenal bajus sebgai pribadi yang baik, terlebih sikapnya terhadap Srintil.
Srintil yang yakin bahwa Bajus adalah orang yang akan merubah hidupnya harus kembali merasakan kekecewaan yang begitu dalam. Bajus ternyata malah menawarkan Srintil kepada bosnya. Bajus kini berubah menjadi beringas dan memarahi Srintil apabila ia menolak permintaan bosnya. Akibat tekanan batin yang mendalam, Srintil menjadi lupa ingatan.
Suatu ketika Rasus pulang dari menjalankan tugasnya. Namun hati Rasus sangat terkejut ketika mendapati Srintil  lupa ingatan. Srintil pun di bawanya berobat ke dokter jiwa. Akhirnya Rasus mempunyai tekad yang besar dalam dirinya untuk membawa Dukuh paruk menjadi lebih baik.


Sinopsis Novel Jentera Bianglala


Judul              : Jentera Bianglala
Pengarang      : Ahmad Tohari
Penerbit          : Gramedia

Dukuh Paruk menjadi tempat yang sangat memprihatinkan setelah sebelumnya terjadi bencana besar yaitu pembakaran rumah penduduk akibat kisruh 1965. Dukuh Paruk yang tidak tahu apa-apa harus menjadi korban. Rumah dan harta benda semua habis terbakar, beruntung bagi Dukuh Paruk karena orang-orang sudah terbiasa menerima musibah, seperti tragedi tempe bongkrek yang banyak merenggut jiwa. Tetapi musibah kali ini sungguh di luar dugaan mereka. Mereka harus tinggal dan makan seadanya. Orang-orang dari luar desa pun tidak ada yang memberi bantuan.
Dukuh Paruk kini tanpa pemimpin dan tanpa Srintil, orang yang selama ini menjadi panutan di Dukuh Paruk harus dipenjara. Beberapa bulan kemudian Sakarya, Kertareja dan yang lainnya dibebaskan. Tetapi mereka pulang tanpa Srintil dan orang-orang dukuh paruk tidak ada yang menyakan kemana Srintil berada. Itu karena Srintil masih di tahan di tempat yang tidak Sakarya dn rombongan lainnya ketahui.
Dukuh Paruk yang miskin, didatangi seorang pemuda yang gagah berseragam. Semula semua orang takut dan enggan tersenyum meskipun yang datang itu dadalah Rasus. Orang-orang Dukuh Paruk ternyata masih trauma apabila ada orang berseragam datang. Tetapi yang membuat hati mereka tersenyum lagi adalah Rasus yang masih mau peduli dengan tempat kelahirannya. Rasus masih seperti yang dulu dan kedatangannya kali ini untuk menjenguk neneknya yang kritis. Tidak lama kemudian nenek Rasus meninggal dunia dan Rasus harus kembali menjalankan tugasnya. Sebelum pergi, Sakarya meminta bantuan Rasus untuk membebaskan Srintil.
Tidak lama kemudian, Srintil kembali pulang ke Dukuh Paruk. Srintil lemas tidak berdaya karena kelelahan karena ia pulang dengan berjalan kaki. Sejak kepulangannya, sikapnya berubah, ia lebih banya diam. Walaupun sudah keluar dari tahanan, Srintil masih tetap harus melapor ke tempat dimana ia ditahan. Srintil mulai bisa tersenyum ketika melihat Goder, anak Tampi. Srintil memutuskan untuk mengasuh Goder.
Cobaan kembali datang, ketika Srintil diajak oleh Marsusi untuk melapor ke Dawuan, tempat di mana Srintil pernah ditahan. Setelah pulang, Srintil ternyata diajak pergi ke suatu temapt oleh Marsusi. Untung bagi Srintil karena akibat kecerobohan Marsusi, Srintil jatuh dari motor sementara Marsusi terus melaju. Srintil yang penuh luka masih belum aman karena Marsusi kembali mencarinya dengan nafsu birahi yang menggebu, tetapi datang seseorang yang mau menolong, orang itu dari dusun yang masih satu kelurahan dengan Srintil.

Hati Srintil pun mulai bisa terbuka ketika melihat Bajus. Bajus adalah seorang pekerja proyek pembangunan irigasi. Srintil ternyata menaruh hati kepada lelaki itu, ia sangat berharap impiannya menjadi ibu rumah tangga dapat terwujud bersama Bajus. Srintil mengenal bajus sebgai pribadi yang baik, terlebih sikapnya terhadap Srintil.
Srintil yang yakin bahwa Bajus adalah orang yang akan merubah hidupnya harus kembali merasakan kekecewaan yang begitu dalam. Bajus ternyata malah menawarkan Srintil kepada bosnya. Bajus kini berubah menjadi beringas dan memarahi Srintil apabila ia menolak permintaan bosnya. Akibat tekanan batin yang mendalam, Srintil menjadi lupa ingatan.
Suatu ketika Rasus pulang dari menjalankan tugasnya. Namun hati Rasus sangat terkejut ketika mendapati Srintil  lupa ingatan. Srintil pun di bawanya berobat ke dokter jiwa. Akhirnya Rasus mempunyai tekad yang besar dalam dirinya untuk membawa Dukuh paruk menjadi lebih baik.


Sinopsis Novel Lintang Kemukus Dini Hari


Judul               : Sinopsis Novel Lintang Kemukus Dini Hari
Pengarang       : Ahmad Tohari
Penerbit           :
Rasus telah pergi bersama tentara pimpinan Sersan Slamet. Hal ini membuat Srintil sakit hati karena Rasus pergi tanpa pamit. Srintil mulai berubah sikapnya, ia sering merenung dan menangis. Bahkan Srintil berani menolak untuk tampil menari. Suatu hari Srintil melihat anak-anak kambing yang sedang menetek, tiba-tiba hasrat untuk memiliki bayi muncul dibenaknya. Pak Marsusi yang datang untuk menemui Srintil tidak dapat terwujud. Srintil pergi ke pasar Dawuan, ia pun beristirahat di salah satu warung nasi. Semua orang yang melihat Srintil nampak kasihan.Di pasar Dawuan Srintil bertemu dengan Kopral Pujo dan mendengar berita bahwa Rasus telah pergi ke markas batalyon. Mendengar berita itu, Srintil menjadi lebih murung. Kemudian datang Nyai Sakarya dan mengajak Srintil pulang ke Dukuh Paruk.
Srintil sakit untuk waktu yang cukup lama. Hanya bayi yang bernama Goder yang dapat menyembuhkannya. Srintil kembali sehat dan kini wajah dan bentuk tubuhnya sangat menarik perhatian orang-orang yang melihatnya. Suatu hari Pak Marsusi datang lagi ke rumah Kertareja, Srintil pun mau menemuinya. Namun Srintil tetap dengan menggendong Goder. Srintil ingin diajak pergi jalan-jalan, tapi menolak. Pak Marsusi yang datang dengan membawa kalung emas kecewa dan marah besar. Nyai Kertareja pun memarahi Srintil dan menyinggung tentang orang tua Srintil yang telah tiada. Hal ini membuat Srintil bersedih.
Sakarya merasa Dukuh Paruk akan kehilangan pamornya. Pikiran Sakarya bertambah kacau karena hampir setiap hari ada kejadian-kejadian aneh. Ia pun pergi ke makam Ki Secamenggala untuk memberi sesaji. Suatu hari pak Ranu datang untuk meminta Srintil untuk menari di hari perayaan Agustusan. Srintil masih bimbang akan permintaan Pak Ranu. Srintil kasihan melihat keadaan ekonomi keluarga Sakum yang serba kekurangan semenjak tidak ada pementasan. Sakum dengan yakinnya meyakinkan kepada Srintil bahwa indang ronggeng masih bersemayam dalam diri Srintil dan meminta Srintil untuk melupakan Rasus.
Di suatu tempat, Pak Marsusi sedang bingung dihadapan Pak Tarim. Niatnya untuk menghabisi nyawa Srintil melalui guna-guna tidak terlaksana. Ia lebih memilih untuk membalas rasa malu dengan rasa malu juga. Kabar gembira cepat tersiar, Srintil akan kembali menari dalam acara Agustusan. Hanya Sakarya yang merasa agak risau karena permintaan yang aneh-aneh dari pihak panitia di antaranya meminta Kertareja mengubah beberapa bait dalam lagu-lagu yang akan dinyayikan dengan kata “rakyat dan revolusi”.
Srintil dengan usianya delapan belas tahun akan menghibur Dawuan. Tapi Sakarya dan Kertareja bingung karena mereka tidak diperbolehkan membakar sesaji. Akhirnya Sakarya pergi menjauh dan membakar sesaji secara tersembunyi. Saat pentas semua orang nampak gembira, Srintil pun ikut merasakannya. Namun Sakum yang dalam keadaan buta bisa merasakan bahwa gerakan tarian Srintil lebih kepada emosi. Srintil dalam tariannya merasa bahwa ia tidak lagi bersedih karena Rasus telah pergi. Srintil tergugah hatinya ketika melihat sosok pemuda bernama Tri Murdo. Kejadian yang tidak disangka datang, srintil mendadak sesak nafas berulang kali hingga akhirnya pentas berakhir. Kertareja yang merasa janggal, pergi ke kerumunan orang. Ia mendapati Pak Marsusi yang sedang menyamar. Ternyata Pak Marsusi orang yang membuat Srintil sesak nafas dengan jimatnya.
Suatu hari datang seorang yang kaya raya bernama Sentika dari Alas Wangkal. Sentika ingin meminta Srintil untuk menari di rumahnya dan ingin Srintil menjadi gowok untuk anak laki-lakinya. Srintil mau menerima tawaran itu. Melihat Waras anak Sentika Srintil tertawa karena ternyata Waras mengalami keterbelakangan mental. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi Srintil untuk menjadi gowok. Malam hari ketika pentas, Srintil mencoba memancing birahi Waras tetapi tidak berhasil. Suatu hari Sentika dan Istrinya meninggalkan Waras untuk tinggal berdua bersama Srintil. Setiap hari Srintil harus mengajari Waras tentang bagaimana pekerjaan laki-laki dan suami, namun yang terjadi sangat mengecewakan. Waras tidak memiliki tenaga layaknya lelaki, lebih lagi nafsu birahi. Bagi Srintil menjadi gowiok adalah pengalaman yang tidak terlupakan.
Tahun 1964Dukuh Paruk menjadi sangat miskin. Pentas ronggeng jarang terdengar. Tetapi suatu hari datang tawaran dari Pak Bakar, seorang dari partai tertentu. Ronggeng kembali sering dipentaskan demi untuk meraih simpati masyarakat. Sakarya dan Kertareja tidak bisa menolak permintaan Pak Bakar karena ingin membalas budi, sebab kini rombongan ronggeng telah diberi alat-alat elektronik untuk pementasan. Suatu malam ketika sedang pentas, ada banyak penonton mabuk dan kesurupan. Mereka yang kesurupan merusak sawah yang sedang mau panen. Terjadilah tawuran antara petani dan perusak padi tersebut. Kejadian ini membuat Srintil dan rombongannya memutuskan untuk tidak lagi pentas di acara Pak Bakar.
Suatu pagi warga Dukuh Paruk marah, makam Ki Secamenggala dirusak. Mereka mendapati sebuah caping hijau tergeletak disemak-semak. Mereka menduga orang dari partai yang masanya sering mengenakan caping tersebut sebagai pelakunya. Orang dri partai tersebut memang tidak suka dengan segala kegiatan warga Dukuh Paruk. Atas kejadian ini, Srintil dan rombongannya kembali mau meronggeng. Srintil ingin menunjukkan perlawanan bagi partai yang merusak makam leluhurnya.
Senja di Dukuh Paruk disambut keributan besar. Hampir semua rumah di Dukuh Paruk terbakar habis. Sementara Srintil, Kertareja beserta istrinya, dan Sakarya ditangkap polisi karena diduga terkait gerakan Pak Bakar yang dilarang pemerintah. Orang-orang Dukuh Paruk tidak ada yang mengetahui bahwa mereka menjadi korban fitnah Pak Bakar dan di dalam penjara Srintil sangat tersiksa, ia harus menjadi korban atas kekejaman para aparat. 


Sinopsis Novel Ronggeng Dukuh Paruk


Judul              :Ronggeng Dukuh Paruk
Pengarang      : Ahmad Tohari    
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama
Srintil, perawan kecil yang pandai menyayikan tembang-tembang ronggeng diketahui kakeknya. Sakarya, kakek Srintil percaya cucunya  adalah calon ronggeng. Dukuh Srintil merupakan tanda kelahiran kembali seorang ronggeng. Sakarya menyerahkan semuanya kepada Kartareja untuk menangani cucunya.. Srintil pun mampu tampil memukau dalam pentas pertamanya meskipun tidak ada yang mengajarinya untuk menari dan bernyayi. Sejak itu Srintil menjadi tenar di padukuhan itu.
Srintil adalah yatim piatu, orang tuanya menjadi korban keracunan tempe bongkrek, begitu juga dengan Rasus. Rasus hanya tinggal bersama neneknya, ia pun sudah mendengar tentang malapetaka itu dari mulut neneknya. Cerita nenek yang selalu membuat penasaran terutama tentang kisah emaknya. Rasus selau berusaha menarik perhatian Srintil, hingga suatu hari rasus memberikan sebuah keris peninggalan ayahnya kepada Srintil. keris itu bernama Kyai Jaran Guyang, pusaka dukuh Paruk yang hilang. Dengan keris itu, Srintil akan menjadi ronggeng tenar.
Srintil masih harus menjalani ritual lagi. Salah satunya adalah ritual mandi di depan cungkup makam Ki Secamenggala. Di sini Kertareja kesurupan arwah Ki Secamenggala, itu bertanda Srintil telah direstui menjadi ronggeng. Syarat yang terakhir, Srintil harus melalui peristiwa Bukak-Klambu, sayembara mendapatkan keperwanan Srintil dengan syarat meyerahkan uang logam emas. Rasus marah mendengar itu, namun ia hanya pasrah.
Srintil disuruh Nyi Kertaraja untuk mengantar sesaji ke makam Ki Secamenggala. Ternyata Rasus mengikutinya. Di bawah pohon beringin besar mereka mengobrol dan hampir terjadilah pelampiasan birahi kedua anak manusia tersebut. Namun Rasus segera sadar dan mengingatkan Srintil agar tidak berzina di sekitar makam keramat itu. Tibalah saat malam Bukak-Klambu, seorang pemuda datang ke rumah kertareja dengan membawa seekor kerbau betina. Pemuda itu hendak mengikuti malam Bukak-Klambu setelah sebelumnya datang membawa dua keping perak. Setelah kedatangan Dower, datang pula Sulam. Kali ini Sulam datang membawa sekeping emas. Dower dan Sulam pun bertengkar malam itu. Namun otak licik Kertareja dan istrinya, lebih memiliih Dower karena barangnya lebih berharga daripada sekeping emas, Sulam dibuatnya mabuk.
Di belakang rumah ternyata Rasus dan Srintil melakukan hubungan layaknya suami istri, jadi malam itu Rasus lah yang mendapatkan keperawanan Srintil. Akhirnya Dower diberitahu Kartareja untuk masuk ke kamar Srintil untuk melampiaskan nafsunya. Setelah itu giliran Sulam. Sulam tidak tahu kalau dia dibohongi kertareja.
 Rasus tidak dapat membayangkan lagi sosok ibunya pada diri Srintil. Rasus pergi dan meninggalkan neneknya sendirian. Rasus pergi meninggalkan Dukuh Paruk dan bekerja sebagai penjual singkong di Pasar Dawuan. Ia telah melihat Srintil banyak berubah. Suatu ketika Srintil datang lagi ke Pasar Dawuan, Rasus memberanikan diri untuk menemuinya. Ternyata Srintil tidak melupakan ulah mereka berdua pada malam Bukak-Klambu.
Tahun 1960 kecamatan Dawuan tidak lagi aman, banyak terjadi perampokan bahkan pembunuhan. Rombongan tentara yang di pimpin Sersan Slamet datang mengamankan. Rasus diminta bekerja untuk rombongan tentara itu. Dari bekerja itu, Rasus mulai diajari menulis dan membaca oleh Sersan Slamet. Suatu hari Rasus diajak berburu di hutan oleh Sersan Slamet beserta dua anggotanya. Ketika Sersan Slamet dan anak buahnya istirahat, Dipahatlah sebuah batu cadas miri kepala manusia dan segera Rasus menembak batu itu. Hal itu membuat Sersan Slamet dan anak buahnya terbangun. Rasus tidak peduli, ia tengah merasakan kepuasan batin. Rasus pingsan.
Perampokan masih terjadi dan telah menewaskan seorang tentara. Suatu malam Rasus dan Kopral Pujo melihat ada sekelompok perampok dengan senjata lengkap. Namun Kopral Pujo takut, akhirnya Rasus yang harus mengikuti perampok-perampok itu. Kawanan perampok itu terdiri dari lima orang. Saat tengah mengintai Rasus melihat salah satu perampok yang di belakang rumah. Dengan keberaniannya Rasus membunuhnya dengan pukulan gagang cangkul. Kemudian salah satu perampok juga dibunuh Rasus.
Malam terakhir di Dukuh Paruk, Srintil meminta Rasus untuk mengawininya. Namun Rasus menolak. Menjelang fajar Rasus bersiap-siap untuk menyusul ke markas tentara. Srintil pun tidak tahu ketika Rasus pergi. Bagi Rasus, ia telah menemukan dirinya sendiri. Dukuh Paruk tidak lagi dibencinya karena telah merenggut Srintil darinya. Rasus telah merasakan padukuhan itu telah kembali keaslinya. Dengan menolak permintaan Srintil, itu berarti Rasus telah memberi sesuatu yang paling berharaga di Dukuh paruk, yaitu Ronggeng. Rasus juga telah begitu yakin mampu hidup tanpa kehadiran bayangan emaknya.   

Sinopsis Novel Sengsara Membawa Nikmat


Judul              : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang      : Tulis ST Sati
Penerbit          : Balai Pustaka
Sore hari Midun bersama Maun ingin melihat permainan sepak raga di pasar. Midun pun ikut bermain. Kacak selalu mengincar raga kepada Midun.  Kacak memang sangat membenci Midun. Kacak kalah dan malu sendiri. Kabar perkelahian itu menyebar di kampung. Pak Midun, ayah Midun memang menyuruh anaknya untuk belajar silat kepada Pendekar Sutan dan setelah itu kepada Haji Abbas. Suatu hari Pak Inuh mantan orang sakti namun gila, lolos dari kurungannya dan mengamuk di pasar. Midun yang kebetulan ada di situ langsung menghentikannya. Namun Kacak menghasut Midun. Midun dihukum enam hari untuk bekerja di kantor dan memberi makan kuda.
            Suatu petang Midun meyelamatkan Katijah istri Kacak karena terseret banjir ketika mandi di sungai. Kacak geram, Midun dihina dan ketika Kacak menyerangnya. Perkara ini diketahui kepala penghulu dan Tuanku Laras. Midun disidang dan dijatuhi hukuman untuk ronda malam. Midun mendapat bantuan dari keluarganya, mereka berinisiatif untuk ronda bersama. saat ronda terakhir, rombongan ronda melihat ada pencuri di rumah istri Kacak. Midun dan Pendekar Sutan menangkap dua pencuri, satu pencuri lainnya lolos. Kasus ini diketahui Tuanku Laras, sayangnya kasus ini tidak diungkap.
Di Bukit tinggi akan diadakan pacuan kuda dan sebelumnya akan diadakan pasar malam. Midun dan Maun pergi melihatnya. Namun pada hari terakhir mereka diserang orang. Orang itu adalah Lenggang dan kawan-kawannya. Malang nasib Midun, ia harus berurusan dengan pihak berwajib karena dituduh melakukan perkelahian. Midun dijatuhi hukuman enam bulan penjara di Padang dan Lenggang dihukum setahun penjara. Midun harus berpisah dengan orang yang dicintainya. Ketika perjalan ke Padang, Midun  diantar opas yang bernama Gempa Alam. Orangnya baik memberi arahan bagaimana harus bersikap ketika di penjara nanti.
Sesampai di penjara, Midun diadu dengan Si Ganjil, orang yang paling ditakuti dari para terpidana. Si Ganjil rebah seketika dan kalah. Di penjara itu Midun disiksa oleh para penjaga. Beruntung Midun diselamatkan oleh Turigi. Mereka berdua sudah seperti bapak anak. Di penjara Midun juga bertemu dengan Lenggang. Dengan hati yang tulus mereka saling meminta maaf dan Lenggang menceritakan akal busuk Kacak. Berawal ketika menyapu jalan saat menjalankan tugas dari tahannn, Midun menemukan sebuah kalung berlian. Dengan hati yang baik Midun mengantarkan kepada pemiliknya. Pemiliknya seorang gadis cantik. Sebagai balas budi, gadis yang bernama Halimah itu setiap hari selalu mengantar makanan untuk Midun.
Halimah tidak lagi mengantar makanan. Ternyata ibunya sakit dan hari berikutnya meninggal. Nenek yang biasanya menemani Halimah, memberi sepucuk surat kepada Midun. Midun diharapkan membantu Halimah melarikan diri karena nyawanya terancam. Halimah berhasil diselamatkan. Midun dan Halimah kemudian pergi ke Bogor. Mereka akan mencari ayah kandung Halimah. Sebelum pergi Midun lebih dulu menulis surat dalam bahasa arab untuk keluarga.
Di dalam kapal Midun dan Hamid saling menyimpan rasa cinta.  Mereka semakin akrab. Sesampainya di tujuan, mereka berhasil menemukan ayah kandung Halimah. Midun sebenarnya ingin menyatakan perasaannya kepada Halimah dan ayahnya perihal keinginannya memperistri Halimah. Namun, Midun lebih memilih menyampaikan lewat surat kepada Halimah. Midun ingin mencari uang dulu untuk masa depan.
Midun pergi ke Betawi dan berkenalan dengan Syekh Abdullah al-Hadramut. Suatu hari Midun ingin berniaga sendiri dan ia meminjam uang sampai dua kali kepada orang yang baru dikenalnya itu. Midun terkejut bukan main, Syekh Abdullah ternyata memberi bunga. Midun tidak mau membayarnya, akibatnya ia dipenjara. Sementara itu di kampung, ayah Midun sakit keras karena selalu teringat Midun. Pak Midun meninggal dunia. Menurut adat Minangkabau harta Pak Midun harus dimiliki oleh saudara kemenakannya bukan pada anak istrinya. Ibu Midun dan adik-adik Midun jatuh miskin. Sementara adik perempuan Midun menikah dengan Maun.
Midun akhirnya bebas, uang yang ia punya terpaksa dibayarkan kepada Syehk Abdullah. Nasib mujur akhirnya datang ketika suatu hari Midun menyelamatkan seorang anak dari amukan seorang serdadu. Oleh orang tua anak itu Midun diminta untuk bekerja dikantor sebagai juru tulis dan mata-mata. Kebetulan Midun sudah pandai menulis.Ayah anak itu adalah Hoofdcommissaris, karena kerja Midun yang cekatan dan beberapa kali membongkar sindikat penjual candu akhirnya Midun diangkat menjadi mantri polisi. Midun juga mendapat penghargaan dari pemerintah. Selanjutnya Midun melangsungkan pernikahana dengan Halimah. Tetapi Midun harus pergi ke Medan untuk menjalankan tugas, ia diminta untuk menyelidiki kasus penyelundupan candu.
Suatu hari Midun melihat seorang jongos yang mirip adiknya dan ternyata benar itu adalah Manjau. Midun dan adiknya kemudian pergi ke Bogor. Midun mendapat kabar gembira, setelah mendapat surat bahwa ia  diangkat menjadi asisten Demang di daerah asalnya. Midun sekeluarga pergi ke Bukit Tinggi. Mereka lebih dulu menginap di rumah teman Halimah karena Midun mewakili demangnya untuk rapat besar. Tanpa disangka Midun bertemu dengan Kacak, Kacak pun sontak ketakutan melihat Midun. Kacak malu atas perbuatannya dulu.
Setelah tugas itu selesai, Midun sekeluarga dan Manjau pergi ke kampung. Mereka disambut isak tangis keluarga. Haji Abbas dan Pendekar Sutan bangga atas keberhasilan Midun. Beberapa hari kemudian, Midun dijadikan penghulu, bergelar Datuk Paduka Raja. Sementara Kacak ditangkap pihak berwenang karena telah menggelapkan uang. Kacak dihukum dua tahun penjara dan di buang ke Padang.