Jumat, 13 Juli 2012

Kajian Implikatur Wacana Pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam bertukar informasi, namun terkadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud tersembunyi.  Dalam suatu wacana, sering terjadi seseorang tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang ingin dismapaikan justru disembunyikan atau dikemukakan secara ekplisit .Oleh karena itu setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya.  Untuk itu dibutuhkan pemahaman tentang hal yang tersembunyi agar apa yang menjadi maksud atau informasi dari sebuah ujaran dapat diterima dengan baik.
Masalah–masalah di atas sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Dapat kita ketahui berapa banyak macam penggunaan bahasa yang bersifat implikatif seperti iklan, kolom-kolom di surat kabar, SMS, tindak tutur dalam telepon, bahkan tindak tutur yang terjadi secara langsung antara dua orang. Untuk memahami bentuk-bentuk bahasa yang implikatif perlu adanya pengajian dan analisis yang mendalam. Selain itu, dalam mengaji dan menganalisis memerlukan kepekaan dengan konteks yang melingkupi peristiwa kebahasaan itu.
Kompas adalah salah satu koran nasional yang di dalamnya terdapat kolom pojok “Mang Usil” yang bersifat implikatif. Koran Jawa Pos juga menyajikan wacana implikatif dalam kolom “Mr. Pecut”. Selain itu, koran Kedaulatan Rakyat juga menyajikan wacana implikatif dalam pojok KR. Bahasa yang digunakan di kolom ini bersifat implikatif sehingga dapat menjadi sebuah kajian yang menarik. Implikasi pada bahasa kolom ini menyebabkan efek tertentu bagi khalayak yang membacanya. Kolom ini lebih menekankan bahasa yang menyatakan sindiran pada pihak-pihak tertentu. Sindiran ini tidak disampaikan langsung namun disampaikan secara tersirat. Untuk memahami implikatur pada kolom ini pembaca juga harus memahami konteks yang menyertainya. Humor juga ditekankan pada penggunaan bahasa di kolom ini. Sindiran-sindiran yang digunakan pada kolom ini seringkali menjadi sebuah hal yang lucu. Tulisan ini akan membahas tentang implikatur dalam wacana pojok “Mang Usil” Kompas,“Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR. Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 15 Juni 2012 untuk pengampilan data dari koran Kompas dan Jawa Pos, sementara pengambilan data dari koran Kedaulatan Rakyat tanggal 18 Juni 2012.


B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada pendahuluan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.      Maksud dan isi dari wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat yang bersifat implikatif.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut
1.      Apa maksud dan isi yang tersembunyi dari wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat?

D.    Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikatur dari wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat.

E.     Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari kajian penelitian ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui implikatur dari wacana Pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan pojok KR Kedaulatan Rakyat.


KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Implikatur
Implikatur secara etimologis diturunkan dari implicatum. Secara nominal, istilah ini hampir sama dengan implication, yang artinya maksud, pengertian, keterlibatan (Echols melalui Mulyana). Dalam lingkup analisis wacana, implikatur berarti ssesuatu yang terlibat atau menjadi bahan pembicaraan. Dengan berbagai alasan implikatur justru disembunyikan agar hal yang diimplikasikan tidak nampak terlalu mencolok.
Menurut Grice (melalui Soeseno via Mulyana) implikatur ialah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu “yang berbeda” tersebut adalah maksud yang dikemukakan secara ekplisoit. Dengan kata lain implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan dari seseorang yang tersembunyi.
Levinson(1983) melalui Norma melihat kegunaan konsep implikatur terdiri atas empat butir:
1.      Konsep implikatur memungkinkan penjelasan fungsional yang bermakna atas fakta-fakta kebahasaan yang tak terjangkau oleh teori linguistic.
2.      Konsep implikatur memberikan suatu penjelasan yang tegas/implicit tentang bagaimana mungkinnya apa yang diucapkannya secara lahiriah berbeda dari apa yang dimaksud dan bahwa pemakai bahasa itu mnegerti pesan yang dimaksud.
3.      Konsep implikatur ini kelihatannya dapat menyederhanakan pemerian semantic dari perbedaan hubungan antar klausa, walaupun klausa itu dihubungkan dengan kata struktur yang sama.
4.      Konsep implikatur ialah bahwa hanya beberapa butir saja dasar-dasar implikatur dapat menerangkan berbagai macam fakta/gejala yang secara lahiriah kelihatan tidak atau berlawanan.
B.     Ciri-Ciri Implikatur (Menurut Nababan (1987:39))

1.      Suatu implikatur percakapan dapat dibatalkan dalam hal tertentu, umpamanya dengan menambahkan klausa yang mengatakan bahwa seseorang tidak mau memakai implikatur percakapan itu, atau memberikan suatu konteks untuk membatalkan implikatur itu.
2.      Biasanya tidak ada cara lain untuk mengatakan apa yang dikatakan dan masih mempertahankan implikatur yang bersangkutan.
3.      Implikatur percakapan mempersyaratkan pengetahuan terlebih dahulu mengenai arti konvensional dari kalimat yang dipakai. Oleh karena itu, isi implikatur percakapan tidak termasuk dalam arti kalimat yang dipakai.
4.      Kebenaran isi dari suatu implikatur percakapan bukan tergantung pada kebenaran yang dikatakan. Oleh karena itu, implikatur tidak didasarkan atas apa yang dikatakan, tetapi atas tindakan yang mengatakan hal itu.

C.    Pojok ( Mang Usil. Kompas), Mr Pecut( Jawa Pos), dan Pojok KR
(Berabe. Kedaulatan Rakyat)
Pojok (Mang Usil) merupakan kolom khusus dari harian Kompas yang berisi tentang sindiran, kritikan, dsb terhadap peristiwa yang baru hangat dibicarakan oleh media. Mang Usil mempunyai arti tersendiri, “mang” adalah orang yang mengelola kolom tersebut sementara “usil” mempunyai arti suka mengusik (mengganggu, memperolok-olok, mencampuri urusan orang lain). Sedangkan “Mr. Pecut” merupakan salah satu kolom dalam surat kabat Jawa Pos (JP).
“Mr. Pecut” dalam surat kabar lain, sering disebut dengan wacana pojok, karena biasanya terdapat di pojok dalam sebuah surat kabar. Pecut adalah sinonim dari kata cambuk. Pecut menandakan alat untuk mencambuk. Alasannya cambuk atau pecut dianalogikan dengan sindiran yang menyakitkan. Sedangkan penggunaan “Mr.” adalah kependekan dari kata “Mister” yang merupakan pengelola dari kolom itu sendiri. Mengambil istilah dari tulisan I Dewa Putu Wijana, inti dari wacana pojok (Mr.Pecut) terdiri dari dua bagian yakni situasi dan sentilan. Di Kedaulatan Rakyat menggunakan istilah Pojok KR “Berabe”. Berabe mempunyai makna susah atau repot mengerjakannya, dalam pojok KR “berabe” diindikasikan sebagai masalah yang membuat repot.
Wacana pojok disusun oleh redaktur surat kabar untuk menanggapi, berita-berita yang pernah tampil di medianya dengan singkat dan bergaya ironi. Nama kolom ini juga mempunyai implikatur dengan perspektif tanda yakni penggunaan nama”Mang Usil”, “Mr. Pecut” dan “Berabe”. Situasi berisi tentang kejadian nyata atau opini yang diambil dari sebuah berita yang sebelumnya dimuat di dalam surat kabar tersebut. Sentilan merupakan komentar atas kejadian atau opini dalam inti wacana. Komentar-komentar tersebut bisa berupa sanggahan, sindiran, kritikan, masukan, saran, ejekan dan lain-lain. Komentar-komentar tersebut sering menggunakan kata-kata pedas yang disajikan secara singkat dan implisit. Komentar-komentar dalam kolom “Mr. Pecut” atau dalam wacana pojok pada umumnya cenderung memihak rakyat. Komentar-komentar tersebut mempunyai implikatur-implikatur yang dapat dipahami dengan mengaitkannya dengan konteks yang ada.
PEMBAHASAN
A.    Data
Wacana Pojok Mang Usil (Kompas, 15 Juni 2012)
a.       Diintain sejak di Malaysia, Neneng Sri Wahyuni tertangkap di Jakarta.
Kisah teringkusnya bak sinetron!
b.      Buron 10 tahun, Sherny Kojongian balik ke Indonesia.
Serba Wah! Menggelapkan Rp 1,95 triliun buron terlama lagi!
c.       Wali Kota Depok galakan sepeda motor, Wakil Wali Kota Bekasi sepeda.
Tanpa banyak bicara, warga jalan kaki!
d.      Kekayaan Fauzi Bowo dan Faizal Basri, terbesar dan terkecil.
Modal niat sama, modal duit beda!
Wacana Mr Pecut (Jawa Pos, 15 Juni 2012)
a.       SBY minta kader Demokrat yang terlibat korupsi mundur.
Masalahnya, yang terlibat pun merasa nggak terlibat....
b.      Panglima TNI serukan agar para jenderal hidup sederhana
Minimal copot dulu pelat TNI di mobil mewahnya...
       Wacana Pojok KR “Berabe” (Kedaulatan Rakyat, 18 Juni 2012)
a.       Pendekatan keamanan di Papua tak selesaikan masalah
yang terjadi justru ‘pertumpahan darah’
b.      Ketua PD Anas Urbaningrum mengaku sedang diserang
beramai-ramai, dari berbagai arah
c.       Tedjowulan akhirnya bisa masuk Kraton Surakarta
Rokonsiliasi jangan bersifat sesaat

                                                                                        
B.     Hasil Analisis
Wacana Pojok Mang Usil (Kompas, 15 Juni 2012)
a.       Diintai sejak di Malaysia, Neneng Sri Wahyuni tertangkap di Jakarta.
Kisah teringkusnya bak sinetron!
.
Situasi wacana di atas menyatakan bahwa Neneng Sri Wahyuni tertangkap di Jakarta, meskipun diintai sejak berada di Malasyia. Wacana “Mang Usil” pada kalimat sindiran di atas mempunyai makna sebuah sindiran bagi aparat penegak hukum negara ini. Bagaimana mungkin seseorang yang menjadi buronan sejak berada di Malaysia tertangkapnya malah di Indonesia. “Mang Usil” dalam wacana di atas menyentil atas  tindakan aparat dengan menuliskan wacana kisah teringkusnya bak sinetron. Kemungkinan memang benar apa adanya, bahwa pelarian dan penangkapan Neneng Sri Wahyuni seolah-olah sudah di atur. Lucunya mengapa tidak saat Neneng Sriwahyuni di Malaysia ditangkapnya? Dan lucunya lagi dari pihak KPK selaku aparat negara yang menangani kasus korupsi seperti yang dilakukan Neneng berbeda presepsi dengan pihak pengacara Nazaruddin. KPK mengatakan bahwa Neneng ditangkap, sementara pihak Nazaruddin mengatakan Neneng menyerahkan diri karena ingin menyelesaikan kasus yang selama ini menjadi polemik.

b.      Buron 10 tahun, Sherny Kojongian balik ke Indonesia.
Serba Wah! Menggelapkan Rp 1,95 triliun buron terlama lagi!
Situasi wacana di atas menyatakan bahwa Sherny Kojongian balik ke Indonesia setelah buron selama 10 tahun. Sherny Kojongian merupakan tersangka korupsi kasus BLBI dan sudah divonis selama 20 tahun oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tahun 2002. Sherny Kojongian dideportasi dari Amerika Serikat karena ketidakjujurannya dalam mengisi data keimigrasian, setelah dipulangkan ke Indonesia tentunya Sherny harus menjalani hukuman yang telah ditetapkan. “Mang Usil” menuliskan Serba Wah! Menggelapkan Rp 1,95 triliun buron terlama lagi! Implikatur dai ujaran Mang Usil bermakna sentilan yang menyindir bagaimana hukum di Indonesia masih belum ditegakkan. Alangkah nikmatnya jika koruptor yang menggerogoti uang rakyat bisa buron dan hidup bebas di luar negeri selama kurun waktu sepuluh tahun. Seharusnya pemerintah selaku pelaksana hukum harus bertindak tegas dan memaksa pulang Sherny Kojonginan, tentunya dengan melakukan kerja sama dengan pihak Amerika Serikat.

c.       Wali Kota Depok galakan sepeda motor, Wakil Wali Kota Bekasi sepeda.
Tanpa banyak bicara, warga jalan kaki!
Situasi Wacana di atas mengungkapkan bahwa Wali kota depok menggalakkan seluruh lapisan masyarakat untuk mengendarai sepeda motor dari pada mengendarai mobil pribadi atau bagi pejabat yang biasanya mengendarai mobil dinas beralih ke sepeda motor. Sementara Waakil Wali Kota Bekasi menggalakkan masyarakat untuk menggunakan sepeda dalam rangka menghemat BBM. “Mang Usil” menyindir dengan menuliskan Tanpa banyak bicara, warga jalan kaki. Maksudnya adalah mengapa baru sekarang pejabat tersebut memberi contoh sementara masyarakat sudah banyak yang saat ini beraktifitas dengan jalan kaki untuk menuju tempat kerja yang tidak terlalu jauh. Mang Usil juga menyindir bahwa sudah seharusnya pejabat-pejabat di Indonesia untuk tidak hanya lebih banyak bicaranya, tetapi lebih ke konkritnya.
d.      Kekayaan Fauzi Bowo dan Faizal Basri, terbesar dan terkecil.
Modal niat sama, modal duit beda!
Situasi wacana di atas menggambarkan bahwa kekayaan fauzi Bowo paling besar di antara calon-calon gubernur di DKI Jakarta, sementara Faizal Basri adalah calon gubernur dengan harta terkecil. “Mang Usil” dalam wacana di atas menuliskan modal niat sama, modal duit beda! Implikatur dari kalimat tersebut adalah untuk menyindir bahwa niat para calon gubernur itu sama sementara modalnya yang berbeda, hal ini dapat berarti yang menang adalah yang punya duit banyak. Padahal hal itu dapat mencederai nilai demokrasi di negeri ini.
Wacana Mr Pecut (Jawa Pos, 15 Juni 2012)
a.       SBY minta kader Demokrat yang terlibat korupsi mundur.
Masalahnya, yang terlibat pun merasa nggak terlibat....
Situasi pada wacana di atas menyatakan bahwa SBY selaku pembina partai Demokrat meminta kepada kadernya untuk mundur apabila terlibat dalam kasus korupsi. Mr. Pecut membuat sentilan dengan menuliskan Masalahnya, yang terlibat pun merasa nggak terlibat.... implikaturnya adalah bermaksud menyindir kader-kader partai Demokrat yang terbelit kasus korupsi. “Mr. Pecut” menyatakan bahwa yang terlibat kasus korupsi malah merasa tidak terlibat, inilah yang menjadi masalah. Kemungkinan memang benar apa yang dituliskan “Mr. Pecut” bahwa kader-kader Demokrat memang terlibat kasus korupsi dan banyak yang tidak jantan mengakuinya. Apabila pengakuan itu terjadi, akibat fatalnya adalah bobroknya partai Demokrat di mata masyarakat Indonesia saat ini. Sekarang saja sudah turun pamornya dan apa yang akan terjadi jika benar terbukti kasus-kasur besar yang melibatkan Anas Urbaningrum, Andi Malarangeng dan kader-kader lainya. Masyarakat tinggal menunggu saja.

b.      Panglima TNI serukan agar para jenderal hidup sederhana
Minimal copot dulu pelat TNI di mobil mewahnya...
Situasi wacana di atas menyataakan Panglima TNI meminta kepada para jenderal untuk hidup sederhana. Sementara kalimat “Mr. Pecut” menyindir dengan menuliskan Minimal copot dulu pelat TNI di mobil mewahnya... Ini bukan hanya menyindir tetapi juga meminta kepada semua jajaran TNI untuk melepas pelat TNI di mobil-mobil yang digunakan. Hal ini bukan tanpa sebab, sudah banyak kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh aparat TNI dengan menggunakan mobil berplat nomor TNI, tetapi karena menggunakan embel-embel TNI aparat kepolisian tidak berani menindak tegas atas pelanggaran yang terjadi. Ini seolah-olah menjadi konflik tersendiri di antara TNI dan polisi.

Wacana Pojok KR “Berabe” (Kedaulatan Rakyat, 18 Juni 2012)
a.       Pendekatan keamanan di Papua tak selesaikan masalah
yang terjadi justru ‘pertumpahan darah’
         Situasi yang terjadi dalam wacana di atas menyatakan bahwa pendekatan keamanan yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan kedamaian dan kesejahteraan di Papua tidak menyelesaikan masalah. Kalimat yang terjadi justru “pertumpahan darah” berusaha menyindir pemerintah bahwa usaha pendekatan yang dilakukan pemerintah tidak tepat dan membuat keadaan di Papua semakin panas. Penembakan misterius sering terjadi dan kerusuhan-kerusuhan sering terjadi. Hal ini harus disikapi dengan baik oleh pemerintah dengan menerapkan pendekatan yang tepat, pasalnya Papua memiliki kultur dan latar belakang yang jauh berbeda dengan daerah lain.


b.      Ketua PD Anas Urbaningrum mengaku sedang diserang
beramai-ramai, dari berbagai arah
         Situasi yang terjadi dalam wacana di atas menyatakan bahwa Anas Urbaningrum mengaku sedang diserang dari berbagai pihak atas kasus korupsi yang menimpanya. Sedangkan makna dari kalimat beramai-ramai, dari berbagai arah adalah ejekan dan juga sindiran atas sikap Anas dan koleganya di partai Demokrat terkait kasus korupsi yang terkait. Anas dan koleganya di partai Demokrat saat ini dinilai banyak terkait dengan kasus-kasus korupsi besar di negeri ini sehingga membuat elektabilitas partai semakin terpuruk. Anehnya sampai saat ini Anas belum juga dijadikan tersangka, padahal banyak saksi yang mengatakan bahwa ia terlibat korupsi. Jadi, jalan terbaik yang harus dilakukan Anas dan koleganya yang terkait kasus korupsi adalah bicara sejujurnya dan jangan mengumbar kata-kata di muka umum.

c.       Tedjowulan akhirnya bisa masuk Kraton Surakarta
Rekonsiliasi jangan bersifat sesaat
 Situasi dari wacana di atas menyatakan bahwa Tedjowulan akhirnya bisa masuk Karton Surakarta seperti dulu lagi. Hal ini terjadi setelah adanya rekonsiliasi antara pihak yang bertikai yaitu pihak Paku Buwono  XIII Hangabehi  dan Pihak Tedjowulan. Pojok KR “Berabe” menuliskan bahwa rekonsiliasi jangan bersifat sesaat. Maksudnya adalah pihak yang terkait hendaknya manaati apa yang sudah menjadi kesepakatan dan menjaga tali pemerintahan antara pihak Paku Buwono XIII dan Tedjowulan tidak bersinggungan lagi. Jangan sampai dualisme terjadi lagi antara kedua belah pihak, sebab mereka adalah panutan bagi warga sekitar.


KESIMPULAN
Dalam suatu wacana lisan maupun tulis, sering terjadi seseorang tidak mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang ingin dismapaikan justru disembunyikan atau dikemukakan secara ekplisit .Oleh karena itu setiap manusia harus dapat memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya.  Untuk itu dibutuhkan pemahaman agar apa yang menjadi maksud atau informasi dari sebuah ujaran dapat diterima dengan baik. Hal ini juga terjadi dalam wacana tulis pada wacana pojok “Mang Usil” Kompas, “Mr. Pecut” Jawa Pos dan Pojok KR “Berabe” Kedaulatan Rakyat yang maksud dan isinya bersifat ekplisit atau tersembunyi.


DAFTAR PUSTAKA
Agnes, Norma. 2010. Ringkasan Buku Ilmu Pragmatik. Diakses dari:  http://agnesnorma.wordpress.com/category/resensi-buku/. Pada tanggal 16 juni 2012, jam 13.00 WIB
Mustika wati, Firda. 2010. Implikatur, praangaapan dan inferensi dalam wacana pojok Kompas. Diakses dari: Http://Firdamustikawati.blogspot.com. Pada tanggal 15 Juni 2012, jam 19.30 WIB
Jawa Pos .2012. Mr. Pecut. Jawa Pos (edisi 15 Juni 2012). Hlm.1.
Kompas. 2012. Pojok “Mang Usil”. Kompas. (edisi 15 Juni 2012). Hlm.6.
Kedaulatan rakyat. Pojok KR “Berabe”. Kedaulatan rakyat. (edisi 18 Juni 2012). Hlm 12
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana