Sabtu, 17 Maret 2012

Sinopsis Novel Bekisar Merah


Judul              : Bekisar Merah
Pengarang      : Ahmad Tohari
Penerbit          : Gramedia Pustaka Utama

Sepasang suami istri bernama Darsa dan Lasi, mereka adalah keluarga penderes nira atau penderes kelapa. Hidup serba seadanya karena tidak cukup biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selama hampir tiga tahun pernikahannya mereka belum dikaruniai anak. Namun darsa tetap bahagia karena memiliki istri yang cantik berkulit putih dan mirip orang jepang. Suatu hari seperti biasanya Darsa pergi untuk mengangkat pongkor. Sampai petang Darsa belum juga pulang ke rumah, Lasi pun menjadi cemas akan keadaan suaminya karena risiko menjadi penderes adalah nyawa taruhannya.  Samar-samar terlihat sosok lelaki yang datang dengan membawa beban yang berat. Darsa jatuh dari pohon kelapa dan sekarat. Sontak ini membuat Lasi kaget dan cemas, sebab Lasi tidak punya ongkos sama sekali untuk membawa Darsa berobat. Dengan nasehat dari Eyang Mus Darsa dibawa ke rumah sakit, namun Darsa tidak kunjung sembuh dan menurut dokter, Darsa harus dioperasi karena Darsa masih sering kencing dicelana dan juga menjadi lemah syahwat.
            Akhirnya keluarga membawa Darsa pulang dan memilih untuk mengobatkan Darsa ke seorang dukun yang bernama Bunek. Setiap hari Bunek selalu merawat Darsa dengan sabar, hingga akhirnya sembuh dari penyakit lemah syahwat.Tetapi Bunek ingin membuktikan kejantanan Darsa dengan perantara anaknya yang bernama Sipah,  Sipah yang pincang kakinya sebenarnya menolak tapi karena dibujuk Bunek  akhirnya ia mau melakukan perbuatan itu. Bunek menganggap hal itu sebagai imbalan. Darsa pun sebenarnya tidak mau melakukan hal sekeji itu, ia tidak mau menyakiti hati Lasi, tapi apa daya Darsa tetap tidak mampu menahan nafsu kelelakiannya.
            Memang sudah menjadi takdir Lasi hidup susah,  dari kecil Lasi sudah banyak menjadi pembicaraan orang karena rupa wajahnya yang mirip orang jepang, terkadang anak-anak desa sering mengejek lasi dengan sebutan “lasipang” lasi anak Jepang. Hanya Kanjat teman Lasi yang tidak mau mengejek, karena Kanjat anak yang baik dan tidak banyak tingkah. Suatu ketika Lasi memberanikan diri bertanya tentang siapa ayah biologisnya ,apakah Lasi hasil perkosaan orang Jepang dan benarkah Wiryaji bukan ayah kandungnya. Sebenarnya Mbok Wiryaji tidak mau menjelaskan hal itu, meskipun akhirnya menjelaskan juga siapa ayah kandung Lasi dan bagaimana ceritanya Mbok Wiryaji berhubungan dengan orang Jepang yang menjadi ayah kandung Lasi. Nasib lasi memang bertambah sengsara setelah mendengar kelakuan nakal suaminya. Lasi tidak mau lagi hidup di desa Karangsoga. Lasi memilih pergi diam-diam dari desanya dengan menumpang truk yang dikemudikan Pardi tetangganya. Lasi ingin pergi ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta Lasi dititipkan di warung makan milik Bu Koneng langganan Pardi. Bu Koneng pun membujuk Lasi untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempekerjakan Lasi sebagai pelayan warungnya.
            Dengan rayuan Bu Koneng yang selalu memuji kecantikan Lasi dan selalu mendengarkan cerita tentang Darsa. Akhirnya Lasi mau juga tinggal bersama Bu Koneng. Sampai suatu hari Bu Koneng kedatangan temannya yang bernama Bu Lanting dengan membawa pasangan yang lebih muda umurnya. Berawal dari sinilah Lasi berkenalan dengan Bu Lanting. Bu Lanting adalah orang yang memanfaatkan para wanita cantik untuk diperistrikan pejabat-pejabat kaya. Di hari yang lain Bu Lanting kembali datang kali ini membawa hadiah untuk Lasi berupa pakaian lengkap yang bagus kualitasnya. Lasi pun mau mengenakannya dan di balik semua itu Lasi ingat akan pesan Mbok Wiryaji tak ada pemberian yang tidak menuntut imbalan, hal ini selama ini selalu menjadi prinsip yang kuat pada diri Lasi.
            Lasi kini menjadi wanita jepang yang cantik setelah tinggal bersama Bu Lanting. Selama ini Lasi hanya menurut setiap tawaran Bu Lanting karena telah menganggap sebagai anak angkatnya. Setiap hari Lasi selalu diajak pergi keliling Jakarta. Bu Lanting memperkenalkan Lasi dengan seorang pengusaha kaya yang sudah berumur 50 tahunan. Lelaki tua yang benama Handarbeni itu tergoda hatinya. Nasihat Bu Lanting memang membuat Lasi selalu pasrah karena kata-katanya. Lasi yang dulu selalu hidup susah kini mulai berpikir karena  akan dinikahi Handarbeni . Siapa yang mau menolak keberuntungan, itulah yang selau diucapkan Bu lanting. Di sisi lain Bu Lanting sangat beruntung ketika Lasi mau menjadi istri Handarbeni, ia akan diberi harta melimpah karena menyediakan bekisar merah. Lasi sebenarnya ada kesempatan untuk pulang, ketika sebelumnya  Kanjat datang meminta Lasi untuk pulang ke Karangsoga, Namun Lasi menolak. Sebenarnya kanjat sejak saat itu mulai tersentuh hatinya terhadap Lasi begitupun Lasi kepada kanjat, tapi mereka hanya menyimpannya dalam hati.
            Lasi kini menjadi nyonya Handarbeni, hidupnya tidak ada kekurangan semuanya tercukupi. Tapi itu hanya beberapa waktu saja. Lasi merasa kecewa terhadap Handarbeni, karena impoten dan yang membuat Lasi marah dalah perkataan Handarbeni yang memintanya untuk mencari kepuasan dengan lelaki lain. Hal itu membuat hati Lasi sakit dan minta pulang ke Karangsoga untuk sementara waktu. Di Karang soga Lasi pulang dengan diantar mobil mewah lengkap dengan sopirnya. Semua warga karangsoga yang melihat kagum dan terperangah.
            Cukup lama tinggal di Karangsoga, Lasi mulai membangun rumah orang tuanya. Suaminya terkadang juga datang memberi bantuan dana kepada desa untuk membangun infrastruktur. Setidaknya ini membuat tetangga Lasi yang dulu sering menghina Lasi kini mulai berbalik arah. Suatu hari Lasi menemui Kanjat setelah mendengar bahwa Kanjat membutuhkan dana besar untuk penelitiannya. Lasi bermaksud membantu Kanjat. Tetapi sebenarnya ada maksud lain, Lasi ingin memceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya. termasuk masalah akan menjadi janda untuk kedua kalinya. Lasi ingin cerai dengan Handarbeni. Kemudian Lasi memberanikan diri untuk bertanya kepada Kanjat, apakah kanjat mau menikahi Lasi setelah janda nanti. Tapi kanjat masih bingung karena bila ia berniat  memperistri janda apa nanti yang akan dikatakan bapaknya serta para tetangga.
            Suatu hari Kanjat dan Lasi berniat melihat penebangan banyak pohon kelapa yang selama ini menghidupi penderesnya. Pohon-pohon kelapa itu ditebang karena akan menjadi jalur listrik yang akan mengaliri desa Karangsoga. Apalagi setelah mendengar banyak pohon kelapa milik Darsa yang akan ditebang tanpa ganti rugi, mereka tidak bisa membayangkan akan makan apa keluarga Darsa nanti, apalagi kini Darsa sudah memiliki anak dari Sipah istrinya. Lasi dan Kanjat berinisiatif menenangkan Darsa dengan datang ke rumahnya. Sementara lasi memberikan uang yang cukup untuk biaya hidup satu tahun kepada Sipah.
Di tengah perjalan pulang Lasi berpamitan bahwa besok akan ke jakarta, Lasi juga menanyakan fotonya apakah masih disimpan kanjat, ternyata Kanjat masih menyimpannya dan Lasi juga masih menyimpan foto kanjat. Keduanya merasa tak mudah membuka mulut lagi dan hanya diam. Kanjat melihat pada kedalaman mata Lasi masih tersimpan pesona, tetapi pada mata Lasi pula Kanjat melihat kenyataan lain bahwa Lasi masih punya suami. dan lebih dari itu, dalam mata lasi kanjat juga melihat Darsa, Sipah,dan anaknya. Itu seperti menyindir Kanjat yang gagal meringankan bebban hidup para penyadap kelapa, bagi kanjat Lasi adalah harapan dan cita-cita yang tetap hidup dalam jiwanya. Di pihak lain, Darsa adalah dunia para penyadap yang terus memanggil keterpihakan kanjat. Sudah menjadi kesadaran yang mendalam di hati Kanjat bahwa para penyadap menyimpan piutang yang sangat besar pada orang-orang dari lapisan yang lebih makmur, termasuk Kanjat sendiri.

1 komentar: