Sabtu, 17 Maret 2012

Sinopsis Novel Sengsara Membawa Nikmat


Judul              : Sengsara Membawa Nikmat
Pengarang      : Tulis ST Sati
Penerbit          : Balai Pustaka
Sore hari Midun bersama Maun ingin melihat permainan sepak raga di pasar. Midun pun ikut bermain. Kacak selalu mengincar raga kepada Midun.  Kacak memang sangat membenci Midun. Kacak kalah dan malu sendiri. Kabar perkelahian itu menyebar di kampung. Pak Midun, ayah Midun memang menyuruh anaknya untuk belajar silat kepada Pendekar Sutan dan setelah itu kepada Haji Abbas. Suatu hari Pak Inuh mantan orang sakti namun gila, lolos dari kurungannya dan mengamuk di pasar. Midun yang kebetulan ada di situ langsung menghentikannya. Namun Kacak menghasut Midun. Midun dihukum enam hari untuk bekerja di kantor dan memberi makan kuda.
            Suatu petang Midun meyelamatkan Katijah istri Kacak karena terseret banjir ketika mandi di sungai. Kacak geram, Midun dihina dan ketika Kacak menyerangnya. Perkara ini diketahui kepala penghulu dan Tuanku Laras. Midun disidang dan dijatuhi hukuman untuk ronda malam. Midun mendapat bantuan dari keluarganya, mereka berinisiatif untuk ronda bersama. saat ronda terakhir, rombongan ronda melihat ada pencuri di rumah istri Kacak. Midun dan Pendekar Sutan menangkap dua pencuri, satu pencuri lainnya lolos. Kasus ini diketahui Tuanku Laras, sayangnya kasus ini tidak diungkap.
Di Bukit tinggi akan diadakan pacuan kuda dan sebelumnya akan diadakan pasar malam. Midun dan Maun pergi melihatnya. Namun pada hari terakhir mereka diserang orang. Orang itu adalah Lenggang dan kawan-kawannya. Malang nasib Midun, ia harus berurusan dengan pihak berwajib karena dituduh melakukan perkelahian. Midun dijatuhi hukuman enam bulan penjara di Padang dan Lenggang dihukum setahun penjara. Midun harus berpisah dengan orang yang dicintainya. Ketika perjalan ke Padang, Midun  diantar opas yang bernama Gempa Alam. Orangnya baik memberi arahan bagaimana harus bersikap ketika di penjara nanti.
Sesampai di penjara, Midun diadu dengan Si Ganjil, orang yang paling ditakuti dari para terpidana. Si Ganjil rebah seketika dan kalah. Di penjara itu Midun disiksa oleh para penjaga. Beruntung Midun diselamatkan oleh Turigi. Mereka berdua sudah seperti bapak anak. Di penjara Midun juga bertemu dengan Lenggang. Dengan hati yang tulus mereka saling meminta maaf dan Lenggang menceritakan akal busuk Kacak. Berawal ketika menyapu jalan saat menjalankan tugas dari tahannn, Midun menemukan sebuah kalung berlian. Dengan hati yang baik Midun mengantarkan kepada pemiliknya. Pemiliknya seorang gadis cantik. Sebagai balas budi, gadis yang bernama Halimah itu setiap hari selalu mengantar makanan untuk Midun.
Halimah tidak lagi mengantar makanan. Ternyata ibunya sakit dan hari berikutnya meninggal. Nenek yang biasanya menemani Halimah, memberi sepucuk surat kepada Midun. Midun diharapkan membantu Halimah melarikan diri karena nyawanya terancam. Halimah berhasil diselamatkan. Midun dan Halimah kemudian pergi ke Bogor. Mereka akan mencari ayah kandung Halimah. Sebelum pergi Midun lebih dulu menulis surat dalam bahasa arab untuk keluarga.
Di dalam kapal Midun dan Hamid saling menyimpan rasa cinta.  Mereka semakin akrab. Sesampainya di tujuan, mereka berhasil menemukan ayah kandung Halimah. Midun sebenarnya ingin menyatakan perasaannya kepada Halimah dan ayahnya perihal keinginannya memperistri Halimah. Namun, Midun lebih memilih menyampaikan lewat surat kepada Halimah. Midun ingin mencari uang dulu untuk masa depan.
Midun pergi ke Betawi dan berkenalan dengan Syekh Abdullah al-Hadramut. Suatu hari Midun ingin berniaga sendiri dan ia meminjam uang sampai dua kali kepada orang yang baru dikenalnya itu. Midun terkejut bukan main, Syekh Abdullah ternyata memberi bunga. Midun tidak mau membayarnya, akibatnya ia dipenjara. Sementara itu di kampung, ayah Midun sakit keras karena selalu teringat Midun. Pak Midun meninggal dunia. Menurut adat Minangkabau harta Pak Midun harus dimiliki oleh saudara kemenakannya bukan pada anak istrinya. Ibu Midun dan adik-adik Midun jatuh miskin. Sementara adik perempuan Midun menikah dengan Maun.
Midun akhirnya bebas, uang yang ia punya terpaksa dibayarkan kepada Syehk Abdullah. Nasib mujur akhirnya datang ketika suatu hari Midun menyelamatkan seorang anak dari amukan seorang serdadu. Oleh orang tua anak itu Midun diminta untuk bekerja dikantor sebagai juru tulis dan mata-mata. Kebetulan Midun sudah pandai menulis.Ayah anak itu adalah Hoofdcommissaris, karena kerja Midun yang cekatan dan beberapa kali membongkar sindikat penjual candu akhirnya Midun diangkat menjadi mantri polisi. Midun juga mendapat penghargaan dari pemerintah. Selanjutnya Midun melangsungkan pernikahana dengan Halimah. Tetapi Midun harus pergi ke Medan untuk menjalankan tugas, ia diminta untuk menyelidiki kasus penyelundupan candu.
Suatu hari Midun melihat seorang jongos yang mirip adiknya dan ternyata benar itu adalah Manjau. Midun dan adiknya kemudian pergi ke Bogor. Midun mendapat kabar gembira, setelah mendapat surat bahwa ia  diangkat menjadi asisten Demang di daerah asalnya. Midun sekeluarga pergi ke Bukit Tinggi. Mereka lebih dulu menginap di rumah teman Halimah karena Midun mewakili demangnya untuk rapat besar. Tanpa disangka Midun bertemu dengan Kacak, Kacak pun sontak ketakutan melihat Midun. Kacak malu atas perbuatannya dulu.
Setelah tugas itu selesai, Midun sekeluarga dan Manjau pergi ke kampung. Mereka disambut isak tangis keluarga. Haji Abbas dan Pendekar Sutan bangga atas keberhasilan Midun. Beberapa hari kemudian, Midun dijadikan penghulu, bergelar Datuk Paduka Raja. Sementara Kacak ditangkap pihak berwenang karena telah menggelapkan uang. Kacak dihukum dua tahun penjara dan di buang ke Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar