Judul
: Harimau-Harimau
Pengarang : Mochtar Lubis
Penerbit : Pustaka Jaya
Di
sebuah hutan yang luas, Pak Haji, Wak Katok, Pak Balam dan yang muda-muda
antara mereka bertujuh Sutan, Talib, Sanib serta Buyung. Wak Katok adalah orang
yang disegani sebagai pemimpin karena
dipercaya jago silat dan memiliki ilmu gaib. Dengan rombongan tujuh orang,
mereka merasa lebih aman dan lebih dapat bantu-membantu
Mereka
semua berkelakuan baik di kampungnya. Pak Haji dihormati orang di kampung,
karena umur dan hajinya. Sementara Wak Katok selalu membawa senapan tua, itu
untuk berburu atau menjaga diri dan Buyung bangga dengan kepandaiannya
menembakkan senapan lantak. Buyung selalu berharap akan diberi ilmu untuk
memikat wanita pujaannya, tetapi Wak Katok belum memberinya, padahal Buyung
ingin gadis pujaanya segera menjadi miliknya yaitu Zaitun.
Mereka beruntung, karena tidak berapa jauh
dari hutan damar, ada sebuah pondok kepunyaan Wak Hitam. Di sinilah mereka
selalu bermalam. Wak hitam lebih memilih tinggal di hutan bersama istrinya
yaitu Siti Rubiyah, orangnya masih muda dan cantik. Wak Katok mengakui Wak
Hitam sebagai gurunya. Sementara Sutan, Talib, Sanip dan Buyung takut padanya. Tetapi mereka suka pada Siti
Rubiyah. Jika Buyung tidak tergila-gila
pada Zaitun, maka dia akan mudah jatuh cinta padanya. Wak Hitam sering
sakit-sakit dan lebih banyak tinggal di kamarnya saja. Ini menjadi kesempatan bagi
Wak Katok untuk mengganggu Siti Rubiyah.
Para pencari damar itu sudah hampir
dua minggu di hutan dan lusa mereka akan pulang dengan damar yang banyak,
tetapi tidak semua damar mereka bawa pulang. sebagian dititipkan pada Wak Hitam. Suatu hari Buyung melihat Siti Rubiyah di
sungai dan Buyung menghampirinya. Berawal dari pertemuan ini Buyung mulai
merasa ada yang berbeda antara dia dan Siti Rubiyah lebih lagi ketika Siti
Rubiyah menceritakan tentang ia yang dipaksa kawin serta pengalaman pahitnya selama
menjadi istri Wak Katok.
Hari
itu semua bangun subuh karena akan segera pulang ke kampung. Buyung merasa agak
berat dalam hatinya. Dia teringat dan kasihan kepada Siti Rubiyah. Mereka
berpamitan pulang. Setelah hampir setengah jam perjalanan Buyung memutuskan
untuk kembali lagi ke ladang Wak Hitam untuk melihat jebakan kancilnya. Buyung
berhasil mendapatkan anak kancil, kemudian ia pergi ke sungai untuk memberi
minum kancil tersebut. tidak disangka ternyata Buyung bertemu dengan Siti
Rubiyah. mereka mengobrol asyik dan kembali Siti Rubiyah menceritakan aksi
biadab Wak Hitam kepadanya. Buyung yang tidak tega memeluk Siti Robiyah, tapi
mereka terbawa nafsu yang mengakibatkan hubungan terlarang.Buyung pun menyusul
teman-temannya dan kancil itu diberikannya kepada Siti Rubiyah. Setelah
bertemu, mereka memutuskan untuk berburu rusa dan beruntung karena Buyung
berhasil menembak seekor rusa jantan. Mereka mendengar auman harimau untuk
pertama kalinya, ketika mereka telah tiba membawa rusa di tempat bermalam dan
rusa telah digantungkan kepada sebuah cabang pohon yang kuat, dan Wak Katok
baru saja selesai mengulitinya. Mereka semua takut dan terdiam, namun hanya
sebentar karena tidak lagi mendenga auman harimau.
Nasib Pak Balam kurang baik, ia
diterkam harimau dan dibawa lari jauh ke dalam hutan. Pak Balam ditemukan dalam
keadaan parah. Pak Balam meminta teman-temannya untuk jujur mengakui
dosa-dosanya karena harimau itu dikirim Tuhan untuk menghukum. Kemudian Pak
Balam menceritakan semua dosa-dosanya yang dilakukan bersama Wak katok sewaktu
perang melawan Belanda. Wak Katok duduk dan air mukanya kaku. Buyung pun jadi
teringat dosa yang baru saja ia lakukan. Sebelum pergi Wak Katok melakukan
ritual, hasilnya harimau itu adalah harimau biasa bukan siluman, Wak Katok juga
membuatkan masing-masing jimat untuk mengamankan diri dari gangguan hewan buas.
Pak Balam terus berkata-kata tentang
dosa, sehingga membuat Talib,Sanib, dan sutan menjadi ingat akan dosa-dosanya.
Mereka pun bergegas melanjutkan perjalanan dengan memikul Pak Balam. Di tengah
perjalanan Talib menjadi korban harimau dan sebelum meninggal Talib masih
sempat menceritakan dosa-dosanya. Sanip pun ikut-ikutan mengakui dosanya yang
dilakukan bersama Talib dan Sutan. Hanya Buyung dan Pak Haji yang belum mau
menceritakan dosa-dosanya.
Mereka yang masih selamat memutuskan
untuk memburu harimau itu. Wak Katok, Buyung dan Sanip pergi berburu sementara
Pak Haji dan Sutan menunggu Pak Balam. Tetapi
Sutan tidak mau menunggu Pak Balam, pikiran Sutan kacau dan memutuskan untuk
ikut memburu harimau. Sutan pun menjadi korban berikutnya. Keesokan harinya Pak
Balam meninggal. Wak katok sebagai pemimpin mulai diragukan karena sikapnya
yang mulai aneh. Terjadi perselisihan antara Wak Katok dan Buyung yang mengakibatan
Pak Haji meninggal. Sebelum Pak Haji meninggal ia menitip pesan kepada Buyung
agar terlebih dulu membunuh harimau di hatinya untuk menjadi manusia biasa. Buyung
dan Sanip mulai tidak percaya dengan semua omongan Wak Katok apalagi pada
jimatnya. Buyung dan Sanip akhirnya mengkikat Wak Katok yang ketakutan untuk
menjadi umpan harimau. Mereka berhasil setelah Buyung menembak tepat di kepala
harimau.
Sebuah
kesadaran baru tentang hidup dan manusia terasa tumbuh dalam dirinya. Dia tahu
benar kini, mereka esok akan pulang ke kampung dan tahu, dia tak akan kembali
memenuhi janjinya pada Siti Rubiyah. Apa yang terjadi antara Siti Rubiyah
dengan dia adalah sebagai air sungai yang telah mengalir jauh di belakang
-telah tertutup, telah habis - dia kini tahu bahwa hidup manusia tak semudah
yang disangkanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar