Senin, 12 Maret 2012

Sinopsis Novel Di Bawah Lindungan Ka'bah

-->
Judul              : Di Bawah Lindungan Ka’bah
Pengarang      : Hamka      
Penerbit          : Bulan Bintang
Pada tahun 1927 saya berangkat ke tanah suci. Di Mekah saya menumpang di penginapan milik seorang Syeikh. Saya berkenalan dengan orang yang sangat baik dan rajin beribadah, ia adalah Hamid. Mulai saat itu saya sangat dekat dengan Hamid, tetapi setelah ia bertemu dengan sahabatnya yang bernama Shalleh, Hamid seolah berubah tidak seperti biasanya.Sebagai sahabat saya memberanikan diri untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Akhirnya ia mau menceritakan kepada saya. Mulailah Hamid bercerita, sejak umur 4 tahun ayah Hamid sudah meninggal. Kehidupan Hamid dan ibunyamelarat, tetapi ibunya sangat menginginkan Hamid bersekolah yang tinggi.
Sudah waktunya Hamid untuk sekolah, tetapi ibunya tidak mempunyai biaya. Setiap hari Hamid berjualan kue, Sampai suatu ketika Hamid mendapat berkah dari seorang hartawan. Hartawan itu adalah keluarga Engku haji Jaffar dan istrinya Mak Aisyah. Engku Haji Jaffar akan meyekolahkan Hamid bersama dengan anak kandungnya satu-satunya yang bernama Zainab. Hamid dan Zainab sudah seperti kakak beradik, mereka selalu bersama hingga tamat MULO. Sejak saat itu  mereka berpisah, Zainab sudah dipingit keluarganya dan Hamid melanjutkan sekolahnya ke Padang Panjang.
Hamid merasa kesepian dan pikirannya selalu tertuju pada Zainab. Hamid jatuh cinta pada Zainab, tetapi ia selalu sadar diri. Cobaan yang tidak disangka-sangka datang, Engku Haji Jaffar meninggal dunia, tentu ini akan berakibat pada hubungan Hamid dengan keluarga Zainab. Musibah datang lagi, Ibu Hamid sakit keras dan Hamid harus selalu menunggunya. Ibu Hamid menanyakan tentang perasaan Hamid kepada Zainab dan Hamid menceritakan yang sebenarnya. Ibu Hamid masih sempat memberi nasihat waktu itu.  Namun, ibunya akhirnya menggal dunia. Cobaan berikutnya, Mak Aisyah meminta Hamid untuk membujuk Zainab untuk mau menikah dengan kemenakan ayahnya, ini masalah yang berat, pekerjaan yang berlawanan dengan keinginan hati Hamid. Ternyata Zainab belum mau kawin.
Hamid memutuskan untuk pergi meninggalkan Padang. Hamid hanya mengirim surat kepada Zainab agar ia mau menuruti apa kehendak ibunya demi rasa berbaktinya kepada orang tua dan menitip pesan bila kelak Zinab jadi menikah jadilah istri yang setia serta sampaikan salam untuk suaminya. Hamid kemudian pergi mengembara hingga sampai di bawah lindungan Ka`bah yang suci, terpisah dari pergaulan manusia yang lain. Di sinilah Hamid selalu tafakur memohon kepada Tuhan seru sekalian alam, supaya diberi kesabaran dan keteguhan hati menghadapi hidup.
Setelah setahun di Mekah dan waktu haji sudah datang. Tanpa disangka Hamid bertemu teman lamanya yang bernama Shalleh, teman sekolah di Padang dan Padang Panjang.  Shalleh membawa kabar tentang Zainab, karena istrinya sahabat karib Zainab. Shalleh menceritakan kepada Hamid bahwa selama ini Zainab memiliki perasaan yang sama seperti Hamid. Ini membuat hati hamid sedih tapi setidaknya sekarang barulah Hamid tahu dirinya ada harganya untuk  hidup, sebab ada orang yang mencintai Hamid, yaitu orang yang Hamid cintai. Kemudian Salleh mengirimkan sepucuk surat untuk istrinya Rosnah menerangkan pertemuannya dengan Hamid. Surat balasannya ternyata mengabarkan bahwa Zainab sakit parah, dan harapan Zainab untuk bertemu dengan Hamid, meskipun Zainab merasa tidak mungkin untuk bertemu Hamid karena sakitnya yang parah.
Hamid menjadi sering termenung dan Hamid mulai sakit-sakitan. Tetapi karena akan melaksanakan wukuf yang wajib dilaksanakan. Hamid melaksanakan rukun itu. Penyakit Hamid rupanya bertambah berat. Datanglah sebuah surat dari Rosnah istri Shalleh, Shalleh sempat tidak tega mengabarkan isinya kepada Hamid, tetapi ia harus menyampaikannya. Zainab telah meninggal. Mendengar berita itu, Hamid menarik nafas panjang, mengelurkan airmata yang panas.
Dengan bantuan orang badui, hamid melakukan tawaf keliling ka’bah tujuh kali. Di antara pintu Ka`bah dengan batu hitam, di tempat yang bernama Maltezam, tempat segala doa yang makbul. Hamid berdoa dengan khusuk. Saya melihat tanda-tanda kematian sudah dekat. Setelah itu suaranya tidak kedengaran lagi, di mukanya terbayang suatu cahaya muka yang jernih dan damai, cahaya keridhaan Ilahi. Hamid meninggal atas izin Tuhannya, di bawah lindungan Ka’bah. Saya dan Shalleh melakukan tawaf keliling Ka`bah " Tawaf Wida" yang artinya tawaf selamat berpisah. Setelah itu Shalleh pergi ke Mesir dan saya pulang ke tanah air.

2 komentar:

  1. Novel dibawah lindungan kakbah sangat menyentuh hati





    Nov










    Novel ini sangat menarik dan sangat bagus untuk dibaca


    BalasHapus
  2. Novel nya sangat bagus penggunaan latar alur serta amanat nya

    BalasHapus